Mohon tunggu...
BMP Panjaitan
BMP Panjaitan Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Menjadi orang penting di Kingdom

Hidup di dunia hanya numpang karna kita kewarganegaraan Sorga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Selendang Batak Ulos Tidak Bermistik, Mengapa Harus Dibakar?

31 Maret 2019   18:14 Diperbarui: 31 Maret 2019   18:25 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang perlu dilihat dari bentuk pemberian ini adalah makna yang tersirat di dalamnya, yakni supaya terjalin suasana batin yang terus antara masyarakat Batak dengan yang bersangkutan, dimanapun ia berada dan kelak ia akan berada, ulos melambangkan telah terjalinnya pertautan hati si penerima ulos dengan kolektivitas masyarakat Batak.

Sebagai perlambang cinta kasih, ulos yang diberikan kepada seseorang atau keluarga, sangat sarat dengan kesan, terutama oleh penerima, karena hal itu berhubungan suatu 'peristiwa' dimana ia menerima ulos tersebut, dengan kenangan yang sulit diluapkan dalam perjalanan hidupnya.

1.Pengertian Ulos

Ulos adalah sejenis pakaian orang Batak pada zaman dahulu kala. Cara pemakaiannya ialah dengan melilitkannya di badan sampai batas pinggang bagi kaum pria, dan sebatas dada bagi kaum wanita. (M.T.Siregar, 1985:1). Ulos adalah kain tenunan tradisional yang mempunyai fungsi adat. (J.P.Sarumpaet. MA., 1995:219) Makna dari ulos adalah:

  1. Selendang khas Batak
  2. Merupakan tenunan tradisional
  3. Berfungsi sebagai pakaian adat
  4. Sebagai perlambang dalam adat
  5. Memiliki norma dan tata cara tersendiri

Ulos memiliki ciri khas, yakni selalu diikutsertakan dalam setiap kegiatan yang bersifat upacara adat baik ia sebagai perlamabang adat maupun sebagai perlengkapan pakaian adat, sehingga eksistensinya sangat sentral, urgen, dan menentukan.

Dahulu, ulos diperoleh dari hasil karya tenunan tangan para wanita, terutama kalangan keluarga raja atau orang kaya, merupakan suatu gengsi di mata pemuda-pemudi waktuitu. Menurut tradisinya, bahwa pekerjaan 'bertenun' merupakan bumbu penyedap bagi legenda-legenda Batak. Contohnya Siboru Tumbaga, Sipiso Somalin< Si Bontar Mudar.

2. Hakekat Ulos

Pada awal Siraja Batak ada pandangan atau sikap bahwa ulos memiliki sifat 'religius magis', yang diyakini mampu 'mangulosi (baca: melindungi)' si penerima ulos dari ancaman mara bahaya, memberikan ketenangan, ketentraman, kebahagian, dsb, semuanya itu melalui sumangot (roh) para leluhur. Akan tetapi semakin berkembangnya pengetahuan manusia, semakin mantapnya ajaran agama, maka pemahaman berbau berhala tersebut sudah ditinggalkan. Selanjutnya ulos dianggap sebagai perlambang adat semata-mata, berakar dari ungkapan yang berbunyi:

Ijuk pangihot ni hodong, ulos pangihot ni holonh

Maksudnya, jika ijuk sebagai pengikat pelepah dengan batangnya, maka ulos ditandakan sebagai pengikat kasih sayang orangtua dengan keturunannya, atau hulahula dengan borunya, atau antara seseorang dengan orang lainnya.

Seiring dengan ungkapan di atas, ulos dapat diartikan pula 'kegunaannya' secara harafiah melalui ungkapan (T.M. Sihombing, 1986:44)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun