Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajar dari sudut Paling Sempit

23 Mei 2024   09:09 Diperbarui: 23 Mei 2024   09:11 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika aku menulis narasi kata pada hari ini merupakan bagian dari suatu proses dimana pembelajaran ini terus berjalanan dan berdinamika. Walaupun kadang kita berhenti dalam satu titik pemberhentian karena suatu sebab cerita kehidupan membuat nalar tidak menulskan suatu kisah perjalanan hidup.

Proses edialisme yang ada dalam diri kita mencoba menurunkan suatu ego yang absurd dalam logika berfikir. Kita lebih mementingkan ego yang terkumpul dalam jiwa-jiwa yang kasar sebenarnya. Ego dalam menurutkan nafsu diri untuk bagaiman berperan maksimal dalam bingkai kehidupan sosial.

Dalam catatan wikipedia persoalan ego dikenalkan oleh pendapat sigmung freud. Ada beberapa hal seperti Id, ego dan super ego adalah tiga bagian dari aparatus psikis didefinisikan dalam model struktur jiwa Sigmund Freud.Menurut model dari jiwa, id adalah himpunan tren insting tidak terkoordinasi, ego adalah bagian, terorganisir realistis, dan super-ego memainkan peran kritis dan moral.

Unsur kebutuhan sekunder melebihi primer kadang di bawah naluri dasar yang kita miliki. Melihat orang lain terkenal, sukses, kaya dan lainnya memberikan dampak untuk alur berfikir kita dalam merangkai alam bawah sadar yang kita miliki untuk memiliki. Meskipun bagian dari ego mencapai kesadaran, beberapa aktivitasnya terjadi tanpa disadari.Pada ketidaksadaran, ego bertindak sebagai semacam anjing penjaga, atau sensor, yang menyaring impuls-impuls dari id.Untuk mengatasi hal ini, ego menggunakan mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan tidak dilakukan secara langsung atau secara sadar. Mereka mengurangi ketegangan dengan menutupi impuls yang mengancam.

Proses belajar sebenarnya ditanamkan dalam jiwa dan sanubari kita untuk cepat berputar haluan apabila ada suatu rangkaian yang salah dalam diri kita. Proses belajar itulah yang memberikan arah pergerakan akan terarah dengan baik karena pada diri kita manusia ditanamkan jiwa pembelajar sepanjang hayat.

Perlunya belajar dalam memahami konsep Superego merupakan bagian moral atau etis dari suatu kepribadian.  Superego adalah suatu aspek kepribadian yang dapat menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua dan masyarakat memiliki suatu sistem norma dan nilai. Proses penentuan nilai benar dan salah dalam segala sesuatu dalam Superego ini merupakan perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional kelompok masyarakat, sebagaimana diterangkan orang tua kepada anak dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah atau hukuman.Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat. Proses pembelajaran inilah yang diajarkan sejak masa anak-anak yang nantinya merupakan bagian pembiasaan.


Pembelajaran superego tidak berhubungan dengan dunia luar dan dengan demikian tuntutannya untuk kesempurnaan tidak realistik. Ada dua bagian superego Superego memiliki dua subsistem, yaitu suara hati (conscience) dan ego ideal.Suara hati adalah hasil dari pengalaman dengan hukuman yang diberikan orang tua atas tingkah laku yang tidak tepat dan mengatakan kepada anak apa yang tidak boleh dilakukannya. ego ideal berkembang dari pengalaman dengan hadiah-hadiah tingkah laku yang tepat dan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakukannya.Dalam superego terdapat beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut:

  1. Merintangi implus-impuls id, contoh impuls sek dan agresif, karena impuls tersebut tidak diterima masyarakat.
  2. Mendorong ego untuk menggantikan tujuan-tujuan realistis dengan tujuan moralitas.
  3. Mengejar kesempurnaan.sumber Silahkan di klik

 Belajar dari sudut paling sempit ketika ada rasa penguatan yang tidak terjamah dalam urusan ruang dan waktu. Dari sudut paling sempit kita belajar untuk mengembalikan rasa dan makna dalam terma penguatan jati diri. Bisa jadi dalam sudut ruang sempit melibatkan kehadiran Tuhan dalam memproyeksikan dalam merajut makna kehidupan. Kadang ranah-ranah yang sifatnya hubungan religius tak terkoneksi oleh rekam jejak kehidupan kita yang kadang mementingkan nafsu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun