Mohon tunggu...
Indar Cahyanto
Indar Cahyanto Mohon Tunggu... Guru - Belajar

Belajarlah untuk bergerak dan berkemajuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk Kita Naik Public Transportasion

6 September 2023   22:24 Diperbarui: 6 September 2023   22:29 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Alangkah bangganya saat ini Jakarta terus berkembang pesat dalam menghadapi kemajuan zaman. Perubahan yang terus diikuti oleh para aparatur pemerintahan di DKI dalam mengembangkan suasana kota Jakarta yang teduh aman dan nyaman. 

Walaupun masih banyak perlu perbaikan dan dilakukan oleh aparatur pemerintah  Provinsi DKI Jakarta dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim dan kemajuan zaman.

Perubahan yang terasa adalah terkait dengan kebijakan transportasi publik setahap demi setahap tertata dengan baik. Transportasi publik yang diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada penumpang sudah dimulai sejak dibukanya jalur bus transjakarta koridor 1  jurusan Blok M-KOTA.Kemudian berkembang hingga saat ini sampai dengan koridor 13 ditambah dengan katogeri jalur non BRT. 

Bahkan Transjarkata yang namanya Non BRT dengan bus medium dan premium juga sudah beroperasi. Apalagi bus-bus itu juga menggunakan tenaga listrik selain berbahan bakar jenis solar. 

Mengatasi kesemrawutan lalu lintas Kota Jakarta dengan menggunkan public transportasi itu sesuatu hal yang diutamakan. Kerja keras pemerintah perlu didukung oleh seluruh komponen masyrakat agar berpindah ke transportasi. 

Jangan pandai mengkritik pemerintah kalau kita tidak pernah menggunakan transportasi publik terkait dengan urusan transportasi. Urusan macet jika  kita mau mengalah untuk suatu kemenangan besar dan kepentingan besar perlu didahulukan.

Pada saat ini kita tidak lagi melihat metromini atau kopaja yang ngetem sembarangan dan pengemudinya ugal-ugalan ketika dalam mengemudikan kendaraannya. 

Begitu pun juga angkutan kota juga sudah mulai tertata terkait dengan kebijakan uji laik jalan dengan KIR. Kehadiran Jack Lingko atau mikrotrans juga turut mewarnai perjalanan sejarah transportasi di Ibu Kota Jakarta. 

Wajah transportasi sedikit demi sedikit berubah maka perubahan ini juga harus diwujudkan oleh wargannya untuk memparkir kendaraan pribadinya dengan menggunakan Transjakarta dan Jack Lingko atau mikrotrans.

Jangan teriak macet dan macet kalau sikap dari kita masih mementingkan egonya masing-masing. Gunakan kaki sebagai media transportasi gratis ketika pergi ke kantor dan menggunakan transportasi publik yang berbayar. 

Maka saat ini trotoar di Jakarta sudah diperlebar agar para pejalan kaki dihargai oleh para pengendara kendaraan bermotor. Kesadaran yang ditumbuhkan secara kolektif dalam membangun kota yang aman nyaman.

Penulis masih ingat ketika masa Gubernur Basuki Tjahya Purnama dibuatkan SK Gubernur para pejabat dan pegawainya tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan pribadi pada hari tertentu diperkenankan untuk menggunakan transpotasi publik. 

Jalur sepeda pada masa Gubernur Anis yang kemudian dicontohkan beliau ketika berangkat kerja pun menggunakan sepeda. Artinya setiap pemimpin dimasanya memberikan nuansa yang berbeda gaya dan rasa. Dari masa gubernur Sutiyoso yang mengembangkan Transjakarta hingga saat ini yang sudah berjalan dengan jack lingko atau mikro trans.

Diambil dari laman https://www.jakarta.go.id/jaklingko JakLingko merupakan suatu sistem transportasi terintegrasi dan terkoneksi yang meliputi integrasi fisik, integrasi layanan, integrasi manajemen, maupun integrasi pembayarannya. 

Sistem integrasi JakLingko meliputi layanan armada yang dijalankan oleh PT Transjakarta, seperti BRT (Metrotrans dan Minitrans, dan non-BRT (Miktrotrans).

Juga transportasi berbasis rel seperti MRT Jakarta dan LRT Jakarta.  Nama JakLingko diambil dari dua makna kata, yaitu Jak yang berarti Jakarta dan Lingko yang bermakna jejaring atau integrasi (diambil dari sistem persawahan tanah adat di Manggarai, Nusa Tenggara Timur). 

PT JakLingko Indonesia didirikan berdasarkan Pergub DKI Jakarta Nomor 63 Tahun 2020 tentang Penugasan Kepada BUMD untuk menyelenggarakan Sistem Integrasi Pembayaran Antar Moda Transportasi. 

Saat ini memang sudah terkoneksi jaringan transpotasi hampir diseluruh wilayah provinsi DKI Jakarta. Pemaknaan istilah yang dipakai oleh pemerinatah Jakarta pada sisi lain juga mengakomodir penggunaan bahasa daerah yang ada di Indonesia. 

Dengan menggunakan satu kartu pembayaran dapat memudahkan masyarakat untuk berpindah transportasinya dengan harga yang terjangkau. 

Mungkin sedikit yang diperbaiki adalah harganya ketika kita naik transportasi publik itu dari mikro trasn beralih ke transjakarta kemudian juga memakai MRT,LRT atau komuter line juga harus dipikirkan dalam satu kartu dengan jumlah Rp. 25 bisa beralih ke ragam trasnportasi lainnya. 

Dirasakan saat ini ketika naik moda hanya kartunya saja yang terintegrasi tapi untuk tiket masuknya berbeda sebagai contoh ketika kita naik mikro trans harganya nol rupiah, kemudian ketika beralih ke transjakarta Rp.3.500. kemudian beralih ke LRT/MRT juga ada biaya lagi tergantung jarak stasiun per KM. 

Berharap ke depannya ketika kartu sudah terintegrasi maka tiket masuknya juga terintegrasi secara flat atau tetap sehingga ketika mengisi ulang kartu dalam satu waktu perjalanan dengan menggunakan dua moda  sampai tiga moda terlihat biaya tunggal.

Saat ini kadang kita masih ketar ketir ketika menggunakan kartunya takut habis saldonya, ke depan perlu dipikirkan satu kartu satu perjalanan dengan bisa naik 3 moda dengan tarif flat.

Selain Jack Lingko ada istilah lain untuk penyebutan transpotasi Jakarta seperti MRT yang diberi nama Ratangga diambil dari kitab Arjuna Wiwaha dan Sutasoma karya Mpu Tantular.  

Nama Ratangga dalam bahasa Sansekerta memiliki sebagai "roda" atau "kereta". Sementara  dalam kitab kuno. Ratangga berarti kereta perang. 

Pemberian nama ini, melainkan pesan perjuangan dan kekuatan yang ada dalam kereta perang yang dimaksud.Kedua nama penyebutan untuk transportasi publik merupakan sesuatu hal yang baru dalam dunia budaya.

Pesan yang diangkat adalah terkait persatuan dan kesatuan serta keberagaman yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kedua nama Jack Lingko dan Ratangga di nyatakan oleh Gubernur Anis Baswedan pada masa menjabat Gubernur.

Transportasi menggunakan kapal pun pernah juga diupayakan pada masa gubernur Fauzi Bowo dengan melintas wilayah manggarai sampai dukuh atas. 

Tapi sayang operasionalnya kurang maksimal karena terhambat oleh banyak sampah yang menyangkut pada baling-baling kapal dan kemudian keadaan air di BKB juga tak maksimal. 

Upaya perbaikan juga telah dilakukan tinggal memanfaatkannya dengan baik. Macet dapat teratasi jika transportasi Publik digunakan oleh seganap lapisan masyarakat di Jakarta dengan contoh dari pimpinan pemerintahan dan aparatur sipil negeranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun