Di balik wangi lezat brownies dan cupcakes, seorang anak muda yang berani bermimpi memperjuangkannya. Kisah sukses dan inspiratif tentang pembangunan bisnis kuliner yang tulus dan menantang. Pasaribu Bakehouse merupakan perusahaan rumahan yang menjadi kebanggaannya.
Awal Berdirinya Pasaribu Bakehouse
Pasaribu Bakehouse resmi berdiri pada 12 Juni 2025. Nama ini diambil dari nama keluarga Batak sang pemilik. Alasan pemilihan nama tersebut adalah bentuk identitas dan kebanggaan, namun dipasang dengan kata " Bakehouse " sebagai deskripsi tempat masa pembuatan kue rumahan yang hangat dan penuh kreasi.
Semuanya berawal dari niat sederhana: mengisi waktu senggang sebelum memasuki dunia perkuliahan. Awalnya hanya coba coba secara iseng dan hobi syang pemilik, namun hal itu membangkitkan jiwa wirausahanya. Sang pemilik terus mengeksplorasi berbagai bahan dan metode. Menawarkan sampel kepada kenalan untuk dievaluasi pendapatannya. Hingga akhirnya, teknik dan racikan unik yang digemari banyak orang.
Produk dan Proses Produksi
Saat ini, Pasaribu Bakehouse memiliki tiga produk utama, yaitu fudgy brownies, cupcakes, dan mini cookies. Segala proses produksi produk dikerjakan sendiri oleh pemilik, mulai dari mencari bahan baku, mencampur adonan, dan pemanggangan. Hal ini dilakukan secara ketat untuk memastikan kualitas dan rasa asli dari setiap varian kue.
Dalam situasi banyak pesanan, ia akan dibantu ibunya untuk membantu mempersiapkan bahan dan pengemasan. Bahan-bahan kue didapat dari toko peralatan kue langganan di Pasar Ciluar. Tempat ini dipilih karena selain dekat, harganya pun sangat terjangkau.
Strategi Pemasaran dan Target Konsumen
Dalam hal pemasaran, Pasaribu Bakehouse menggabungkan strategi offline dan online. Promosi offline dilakukan lewat jaringan pertemanan dan lingkungan sekitar, sementara promosi online memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan WhatsApp untuk menampilkan foto produk dan testimoni pelanggan.
Kombinasi dua cara ini terbukti efektif memperluas jangkauan pasar, terutama berkat promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang membawa banyak pelanggan baru.
Adapun target utama usaha ini adalah orang-orang yang menyukai makanan manis, mulai dari anak-anak hingga ibu rumah tangga, dengan harga yang terjangkau tanpa mengorbankan kualitas.
Kendala dan Tantangan
Sementara tantangan yang dihadapi dalam kasus ini adalah waktu dan tenaga, karena pemilik bisnis adalah seorang mahasiswi yang harus mencurahkan banyak waktu untuk kuliahnya. Pada awal memasuki kuliah, bisnis Pasaribu Bakehouse sempat terhenti karena produksinya yang lambat. Namun, pemilik bisnis Pasaribu Bakehouse masih ingin meneruskan usahanya. Selain itu malasah lainnya dalam kasus ini terletak pada kenaikan harga telur, gula dan coklat. Harga ketiga komoditas berfluktuasi dan dapat sangat mempengaruhi biaya produksi. Maka dilakukanlah pembelian grosir agar perduksi bisa tetap stabil. Dalam menghadapi persaingan, Pasaribu Bakehouse mengandalkan keunikan resep rumahan autentik dan harga kompetitif sebagai kekuatan utama.