Indonesia dikenal sebagai negara maritim dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia. Berdasarkan hukum laut internasional, Indonesia memilki Zona Ekonomi (ZEE) seluas 2,7 juta km2. Indonesia memiliki hak penuh untuk mengeksplorasi, mengelola, dan melestarikan sumber daya alam, seperti ikan, rumput laut, dan biota laut lainnya, termasuk siput gonggong. Siput gonggong  banyak dijumpai di Kepulauan Riau, seperti Batam, Bintan, dan Tanjung Pinang, serta Kepulauan Bangka Belitung. Biota laut ini tergolong dalam jenis moluska yang memiliki cangkang keras serta daging yang kenyal. Selama ini masyarakat biasa mengonsumsi siput gonggong dengan cara direbus dan dinikmati menggunakan sambal cocol. Namun, siapa sangka, di balik cangkangnya yang keras, tersembunyi peluang besar untuk diolah menjadi produk bernilai tinggi, salah satunya sebagai bahan baku bakso—kuliner favorit masyarakat Indonesia. Daging siput gonggong sangat potensial untuk dijadikan bahan baku alternatif pengganti daging sapi atau ikan dalam pembuatan bakso. Inovasi ini bukan hanya menghadirkan cita rasa baru yang unik dan menggoda, tetapi juga membuka peluang usaha baru bagi masyarakat pesisir, terutama dalam meningkatkan nilai tambah hasil laut lokal yang selama ini kurang dimanfaatkan secara optimal.Â
Beberapa penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa daging gonggong memiliki kandungan protein yang tinggi, mencapai lebih dari 20 gram per 100 gram. Hal tersebut dapat menjadikannya alternatif yang sangat baik untuk menggantikan sumber protein hewani lain dalam berbagai resep. Selain itu, gonggong juga memiliki kandungan karbohidrat rendah dan lemak minimal, menjadikannya pilihan yang lebih sehat bagi mereka yang ingin mengontrol asupan lemak dalam diet mereka.  Selain protein, gonggong juga mengandung berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin B12, vitamin A, fosfor, dan besi, yang semuanya berperan penting dalam menjaga fungsi tubuh, mulai dari metabolisme hingga kesehatan darah. Semua kandungan nutrisi ini menjadikan gonggong sebagai pilihan bahan baku yang sangat baik untuk produk olahan yang tidak hanya lezat, tetapi juga bergizi.Â
Seiring dengan tren inovasi kuliner, siput gonggong mulai diolah menjadi bakso, yang selama ini identik dengan daging sapi atau ayam. Kombinasi antara daging gonggong  dengan daging ayam dapat menciptakan produk bakso yang tidak hanya unik dan lezat, tetapi juga lebih sehat. Kombinasi ini menawarkan keseimbangan protein hewani yang lebih baik—dengan daging ayam memberikan kelembutan dan rasa gurih yang lebih familiar, sementara daging gonggong memberikan tekstur kenyal yang khas dan rasa laut yang lebih eksotik. Bakso yang menggunakan gonggong sebagai salah satu bahan utamanya juga bisa menjadi pilihan yang lebih ringan bagi mereka yang ingin menikmati bakso dengan kandungan lemak yang lebih rendah dibandingkan bakso konvensional yang menggunakan daging sapi. Ditambah lagi, kombinasi ini dapat menambah nilai jual produk karena keunikan dan nilai gizi yang lebih tinggi dibandingkan bakso tradisional.Â
Sebagai bahan baku, siput gonggong juga mudah didapat di daerah pesisir Indonesia, sehingga penggunaan bahan ini mendukung pendayagunaan hasil laut lokal yang sering kali kurang dimanfaatkan. Oleh karena itu, mengembangkan bakso gonggong yang dipadukan dengan daging ayam tidak hanya menyajikan varian baru yang menarik bagi pasar, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal serta pelestarian sumber daya alam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI