Di era digital ini, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kita disuguhkan dengan berbagai konten menarik, mulai dari foto selfie dengan berbagai gaya, foto jalan-jalan, kebersamaan dengan keluarga, teman, atau pasangan, hingga pencapaian dan keberhasilan. Namun, di balik semua itu, kita perlu ingat bahwa media sosial seringkali menampilkan gambaran yang tidak sepenuhnya nyata tentang kehidupan seseorang.
Media sosial dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan emosi kita, terutama ketika kita membandingkan diri dengan orang lain. Orang-orang cenderung membagikan momen-momen terbaik mereka, membuat kita merasa tidak seberuntung mereka. Kita mungkin merasa iri atau tidak puas dengan kehidupan kita sendiri ketika melihat status orang lain yang sedang jalan-jalan, foto mesra dengan pasangan, atau makan makanan mahal.
Namun, di balik semua itu, mereka tetaplah manusia-manusia yang memiliki ujian, cobaan, kekurangan, kesalahan dan kelemahan yang sama seperti kita. Kita semua ingin menampilkan yang baiknya saja di media sosial, dan menyembunyikan perjuangan hidup dan kesulitan yang kita hadapi. Ini membuat kita perlu lebih bijak dalam memandang kehidupan orang lain di media sosial dan tidak terlalu membandingkan diri dengan gambaran yang tidak sepenuhnya nyata.
Pada hakikatnya manusia memang suka sebuah pengakuan, jadi adanya media sosial memang dijadikan tempat untuk ajang pembuktian dan pamer. Manusia memang memiliki keinginan untuk diakui dan dihargai, dan media sosial seringkali menjadi platform untuk memuaskan keinginan tersebut. Dengan membagikan pengalaman, pencapaian, dan momen-momen spesial, orang-orang dapat memperoleh pengakuan dan validasi dari orang lain.
Namun, tidak ada yang salah dengan berbagi momen-momen tersebut di media sosial, meskipun bisa berdampak negatif pada kesehatan mental seseorang bagi yang kurang menyukainya.Â
Yang perlu dijaga adalah hati kita sendiri dalam memberikan respon atau reaksi. Ketika kita merasa iri atau bahkan benci melihat momen baik orang lain di media sosial, itu menunjukkan adanya masalah di dalam hati kita, yaitu ketidakikhlasan, kebencian, Â dan ketidaksabaran. Oleh karena itu, kita perlu meluruskan penyakit hati ini sendiri dalam menciptakan ketenangan. Fokus pada hal-hal baik dalam hidup kita sendiri dan bersyukur atas apa yang dimiliki . Jika perlu, kita bisa membatasi aktivitas media sosial atau tidak membuka story/status mereka yang dapat memicu perasaan negatif. Dengan demikian, kita dapat menjaga hati kita tetap damai dan bahagia.
Jadi, dilapangkan lagi hatinya ya, agar segala sesuatu yang tampak Indah dari orang lain tidak membuat hatimu menjadi sempit.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI