Sebenarnya mungkin saja, asal kita niat melakukannya. Dan sudah banyak pula orang yang memraktikannya.
Kalau saya? Tentunya belum.
Sampah saya masih 'gemuk'. Tapi dalam artikel ini kita coba saja untuk memilah sebetulnya sampah yang mana yang bisa kita minimalkan. Semoga bermanfaat, ya.Â
Pertama klasifikasikan sampah apa yang biasa dihasilkan sehari-hari. Kalau saya biasanya sisa makanan matang, sisa makanan mentah yang tidak jadi diolah dan membusuk dalam kulkas, sampah sayur dan kulit buah, minyak jelantah, botol plastik bekas, wadah bekas bahan makanan, wadah bekas sabun, shampoo dan kosmetik, stereofoam bekas, bungkus snack, plastik laundry, bekas bungkusan paket, pakaian bekas, dll.
Nah, sekarang bagaimana penanganan seharusnya, dan apa yang sudah saya lakukan untuk meminimalkan sampah-sampah tersebut di atas:
1. Sisa makanan matang
Sisa makanan matang bisa diminimalkan setelah memahami kekuatan anggota keluarga dalam menghabiskan makanan.
Biasanya di sini ibu (atau siapapun yang bertugas memasak di rumah), yang harus pandai-pandai mengukur volume makanan yang harus dimasak dan bisa dihabiskan.
Saya biasanya memasak dalam porsi kecil setiap kali akan makan, untuk meminimalisasi sisa makanan. Kalaupun ada sisa, itu sesedikit mungkin dan kalau saya belum terlalu kenyang, bisalah masuk perut biar ndak usah nyampah lagi (itulah kenapa ibu-ibu banyak yang montok, hahaha, sering sapu bersih tiap malam).
2. Sisa makanan mentah yang membusuk dalam kulkas
Nah, ini juga nyaris sama dengan poin pertama. Ibu harus dapat memperhitungkan bahan makanan yang bisa ia habiskan secara regular.
Food preparation sangat membantu mengelola bahan makanan secara berkala. Kalau perlu direncanakan juga menu dalam seminggu agar semua terkontrol dengan baik. Dalam hal ini saya masih harus banyak belajar.