Mohon tunggu...
Indah Novita Dewi
Indah Novita Dewi Mohon Tunggu... Penulis - Hobi menulis dan membaca.

PNS dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Bersuci di Titik Nol

10 Mei 2021   23:15 Diperbarui: 10 Mei 2021   23:19 972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hanya pada yang Maha membolak-balikkan hati, kubersimpuh... (Ilustrasi: monstera/pexels).

Bagai petir menyambar jantungnya. Bu Sulaiman bahkan tak sempat mengemaskan baju, suaminya sudah keburu dibawa pergi. Selama dua hari ini, beberapa pria berseragam menjaga di sekitar rumahnya. Entah mau apa. Apa mereka mengira akan dapat menangkap tamu asing yang kebetulan datang? 

Mereka bahkan enggan menjawab pertanyaannya tentang lokasi suaminya ditahan. Mereka hanya diam tanpa ekspresi saat ia berusaha menjelaskan bahwa suaminya hanyalah seorang guru ngaji di sebuah yayasan. Sampai seseorang dari mereka kelihatan kesal, lalu menyanggah kasar.

"Bu, kami sudah banyak menemukan teroris yang menyembunyikan jati dirinya di depan keluarga. Ibu harus menerima kenyataan bahwa suami ibu selama ini berbohong tentang pekerjaannya."

Tidak! Itu tidak mungkin. Mereka telah berjuang bersama-sama sejak di organisasi Islam kampus. Ia tahu betul bagaimana suaminya memahami Islam sebagai rahmatan lil alamin. Islam tidak merusak. Islam itu mengasihi.

Sudah dua hari suaminya pergi tanpa berita. Di mana dia? Apakah ia sempat mandi dan berganti pakaian? Apakah ia mendapatkan makanan yang layak?

Uluran tangan ibu mertuanya hanya dijawab Bu Sulaiman dengan gelengan kepala. Ia bermaksud untuk bertahan. Menunggu suaminya di rumah ini. Hanya dua anaknya yang ia minta ikut tinggal di rumah neneknya sementara. Dengan sendiri ia berharap ia dapat memikirkan semua kerumitan yang berkelindan di otaknya. Ia berharap ia dapat menemukan jawaban.

"Dasar teroris tidak punya otak!!!" teriakan keras dari anak muda yang berboncengan motor, ngebut di depan rumahnya, lalu kabur - membuat Bu Sulaiman kaget. Ada bungkusan yang dilemparkan. Bu Sulaiman membuka pintu rumah dan mendapati teras rumahnya sudah penuh dengan tai.

Darah mendidih di dalam dada Bu Sulaiman. Beberapa tetangga keluar, tapi hanya melihati saja. Tidak bersuara, namun tatapan mereka menghujam. Inikah yang namanya kuasa Allah - dengan mudah membolak-balikkan nasib manusia? Keluarganya yang dulu dipandang hormat. Ia berdua dengan suaminya adalah guru yang disegani. Kedua anak mereka hafidz dan hafidzah. Namun sekarang itu semua tak berarti di mata tetangga - hanya sebab tuduhan terorisme yang belum tentu terbukti benar?

Bu Sulaiman merasa hatinya sakit. Ia membersihkan teras rumahnya segera. Menyemprot semua tai dengan air. Menyabun lantai. Menghilangkan najis. Lalu berikutnya ia bersuci membersihkan tubuhnya yang terkontaminasi bau tai, ia gosok semua daki bagai menggosok dosa-dosa yang mungkin tak ia sadari. Ia basahi seluruh tubuhnya dari kepala hingga ujung kaki. Lalu bersimpuh memohon pertolongan dari ilahi. Memohon terurai simpul dari persoalan ini. Berjam-jam ia menangis di atas sajadah sampai tersadar oleh suara ketukan di pintu rumah. 

Sosok orang yang berdiri di depan pintu rumahnya adalah sosok yang tak pernah ia bayangkan hadir sebagai penolong di saat iman dan rasa percaya dirinya tersuruk di titik nol seperti saat ini.

"Kau tidak keluar-keluar setelah membersihkan rumahmu dari ulah berandal-berandal itu. Jadi kukira kau pasti belum sempat masak, apalagi makan. Ini kubawakan makanan. Ini juga ada kartu nama ponakanku yang seorang petinggi polisi. Coba kautelpon dia untuk tanya kabar suamimu," Bu Wening menyerahkan rantang makanan dan selembar kartu nama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun