Dua tahun lalu, saya pernah mencoba peruntungan dengan berjualan bakso di pinggir jalan. Gerobak sederhana, modal terbatas, dan semangat yang besar menjadi bekal awal saya memulai usaha. Setiap hari saya belajar tentang rasa, pelayanan, dan cara menarik pelanggan. Rasanya menyenangkan bisa menyapa pelanggan, melihat mereka menikmati hasil masakan sendiri, dan perlahan mengenal ritme dunia usaha.
Namun, setelah hampir dua tahun berjalan, usaha itu harus tutup. Bukan karena saya menyerah, tapi karena saya belum cukup paham tentang manajemen usaha yang sebenarnya.
Kegagalan yang Membuka Mata
Persaingan di lapangan sangat ketat. Di satu ruas jalan saja, bisa ada lebih dari tiga penjual makanan serupa. Saya berusaha bertahan dengan menjaga kualitas rasa dan pelayanan, tapi ternyata itu belum cukup. Saya sadar, manajemen bukan hanya soal semangat dan kerja keras.
Saya cukup disiplin dalam mencatat pengeluaran dan pemasukan, bahkan memisahkan uang pribadi dengan uang usaha. Tapi satu kesalahan besar saya adalah terlalu percaya pada karyawan. Saya tidak suka terlalu banyak bertanya, jadi ketika laporan penjualan dan stok tidak sesuai, saya hanya bertanya satu kali. Setelah itu, saya memilih memberhentikan karyawan tersebut tanpa banyak konfrontasi.
Sayangnya, setelah itu saya kesulitan mencari pengganti. Di tengah kesibukan mengurus balita dan suami yang juga sibuk bekerja, saya tidak bisa lagi mengelola usaha sendirian. Lapak tetap saya pertahankan selama kurang lebih satu tahun, berharap situasi membaik. Tapi akhirnya, dengan berat hati, saya memutuskan untuk menutup usaha dan menjual semua perabotan jualan.
Solusi dan Pelajaran yang Saya Dapat
Kegagalan ini bukan akhir, tapi awal dari pemahaman yang lebih dalam tentang dunia usaha. Saya belajar bahwa:
- Manajemen bukan hanya soal uang, tapi juga soal orang. Kita perlu membangun sistem kontrol yang jelas, termasuk laporan harian, stok mingguan, dan komunikasi terbuka.
- Kepercayaan perlu dibarengi dengan verifikasi. Bertanya bukan berarti menuduh, tapi bagian dari tanggung jawab sebagai pemilik usaha.
- Peran ganda sebagai ibu dan pengusaha perlu strategi. Jika tidak bisa turun langsung, kita bisa pertimbangkan sistem usaha yang lebih fleksibel, seperti pre-order, titip jual, atau kolaborasi dengan keluarga.
Kini, saya tidak lagi berjualan bakso, tapi semangat belajar manajemen tetap saya bawa. Saya mulai menulis, belajar teori manajemen di kampus, dan berharap suatu hari bisa kembali membangun usaha dengan fondasi yang lebih kuat.
Bagi siapa pun yang sedang merintis usaha, jangan takut gagal. Gagal bukan berarti kita tidak mampu, tapi mungkin kita belum cukup tahu. Dan dari situlah proses belajar yang sesungguhnya dimulai.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI