Mohon tunggu...
Indah Dwinta
Indah Dwinta Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Kehidupan

Sunyi Kuntum Berbaju Malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elang yang Dilukai Kebebasan

28 Januari 2021   15:23 Diperbarui: 28 Januari 2021   20:09 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Geulgram | Nathan Andersen

Dari bukit seberang, Elang memperhatikan Murai dalam sangkar di sebuah beranda rumah. Murai yang dibatasi jeruji tengah berkicau, seolah bernyanyi untuk angin yang menyibak bulu-bulunya.

Pagi-pagi Murai bermandi cahaya matahari, tampak membias kilau hitam kebiruan yang memantul hingga puncak bukit, di mana Elang bertengger.

Murai itu tetap bernyanyi, meski batas mengurungnya saban hari. Murai tetap meliukkan tubuhnya, selayak balerina, mementaskan tarian yang indah

***

Seindah-indah bulu-bulu Murai itu. Seanggun-anggun tariannya tak lebih beruntung dariku yang bisa terbang ke mana pun. Elang membusungkan dada.

Aku bisa singgah di puncak-puncak bukit hingga gunung yang kuinginkan, tanpa dibatasi kurungan. Elang melirik tajam pada Kelinci yang hendak dimangsanya.

"Jika memang sangkar itu membuatnya bersedih, mengapa Murai itu bernyanyi?" Tanya Kelinci, yang tersudut di ketiak batu-batu kaki gunung.

"Jika memang terkurung adalah kepedihan, mengapa Murai itu menari? Pernahkah kau bertanya padanya, Elang?" Kelinci bersiap mengambil ancang-ancang, kalau-kalau harus segera berlari.

"Jangan-jangan, semua hanya prasangkamu saja." Kelinci menaikkan alisnya yang sedikit mengernyit.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun