Mohon tunggu...
Indah Dwinta
Indah Dwinta Mohon Tunggu... Penulis - Berbagi Kehidupan

Sunyi Kuntum Berbaju Malam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Penyair dalam Penyair

25 Januari 2021   15:43 Diperbarui: 25 Januari 2021   15:50 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. Geulgram | Jeremy Bishop

Kita bukan Chairil Anwar, dicurahkan Binatang Jalang yang mengaum hingga kini.

Kita bukan Ajip Rosidi, yang dirahmati Jante Arkidam, ahli meloloskan diri.

Kita pun bukan Sapardi yang dianugerahi Hujan Bulan Juni, hingga menggugurkan musim yang lain.

Tapi kita bisa membuat sesuatu seperti para pendahulu. Sesuatu yang memang telah digariskan untuk kita. Seperti hidup yang benafas ini.

***

Saat kau sedang makan, mandi, berjalan, berlari, atau boleh jadi sedang tertidur. Akan tiba Penyair yang menyentuh hatimu. Membisikkan kata-kata di telingamu dan menggerakkan jarimu untuk menuliskan puisi.

Biasanya kamu akan tergesa mencari pena atau di zaman modern seperti ini, kamu mengetiknya di catatan ponselmu. Kamu tak ingin kehilangan sentuhan itu. Kamu tak mau getarnya keburu hilang dari perasaanmu. Sentuhan itu tak akan pupus, jika memang menjadi hak-mu.

***

"Kapan Penyair itu akan menyentuhku?"

Aku tak tahu. Ia begitu rahasia. Sehingga siapa pun tak bisa menemukan waktu dan tanggal kehadirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun