Kita bukan Chairil Anwar, dicurahkan Binatang Jalang yang mengaum hingga kini.
Kita bukan Ajip Rosidi, yang dirahmati Jante Arkidam, ahli meloloskan diri.
Kita pun bukan Sapardi yang dianugerahi Hujan Bulan Juni, hingga menggugurkan musim yang lain.
Tapi kita bisa membuat sesuatu seperti para pendahulu. Sesuatu yang memang telah digariskan untuk kita. Seperti hidup yang benafas ini.
***
Saat kau sedang makan, mandi, berjalan, berlari, atau boleh jadi sedang tertidur. Akan tiba Penyair yang menyentuh hatimu. Membisikkan kata-kata di telingamu dan menggerakkan jarimu untuk menuliskan puisi.
Biasanya kamu akan tergesa mencari pena atau di zaman modern seperti ini, kamu mengetiknya di catatan ponselmu. Kamu tak ingin kehilangan sentuhan itu. Kamu tak mau getarnya keburu hilang dari perasaanmu. Sentuhan itu tak akan pupus, jika memang menjadi hak-mu.
***
"Kapan Penyair itu akan menyentuhku?"
Aku tak tahu. Ia begitu rahasia. Sehingga siapa pun tak bisa menemukan waktu dan tanggal kehadirannya.