Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjuangan Kartini dan Filosofi Sepatu Bertiang

26 April 2021   12:30 Diperbarui: 26 April 2021   12:30 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perayaan Hari Kartini atau lebih tepatnya peringatan hari Kartini baru saja usai. Meskipun dalam masa pandemi virus corona 19, tidak mengurangi semangat orang-orang dalam memperingatinya. Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memperingati hari bersejarah bagi kaum wanita di Indonesia apalagi pada saat pandemi ini.

Kalau hanya sekadar memperingatinya saja, meskipun secara daring mungkin telah dilakukan oleh berbagai lembaga pendidikan atau instansi. Ada yang melaksanakan peringatan itu dengan mengadakan event menulis atau peragaan seni lainnya secara online dan virtual.

Namun ada juga yang melakukannya secara langsung namun tetap harus mematuhi prokes covid 19.

Peringatan hari Kartini juga dilaksanakan di sekolah tempat saya mengajar. Dengan persiapan kurang lebih dua minggu saja, seluruh guru dan karyawan sekolah bahu-membahu mewujudkan karya yang kami padukan dengan penggalangan dana dari murid dan guru bagi korban bencana banjir di NTT.

Tentu saja dengan mematuhi prokes, kegiatan ini kami lakukan secara virtual dan live streaming. Isi acara ini kami kemas sedemikian rupa, dan tentu saja dengan mengangkat tema perjuangan Kartini yang akan diteruskan oleh Kartini-Kartini saat ini atau yang lebih trendingnya, Kartini Milenial. Bahkan di sela-sela kesibukan kami mengajar, kami telah mencoba menampilkan acara virtual ini yang kami namakan virtual charity dan ini adalah kegiatan penggalangan dana kedua kami yang juga bertepatan dengan momen peringatan hari Kartini.

Dengan kerjasama yang baik dari berbagai segi kapabilitas yang kami miliki, kami rangkai menjadi hasil kerja yang lumayan membanggakan kami, karena kami yakin bahwa kami telah berusaha melanjutkan cita-cita Kartini dengan mewujudkan kerja nyata yang jelas berguna bagi orang lain.

Sudah jelas dalam momen ini berkebaya ala Kartini adalah saat yang ditunggu-tunggu para ibu guru dan karyawati sekolah. Namun sesuai perkembangan zaman dan kondisi, tak jarang kebaya yang dikenakan sudah mengalami perombakan pada bentuk dan gaya. Istilahnya adalah kebaya modern dan pastinya tak mengurangi sejarah kebaya Kartini pada zamannya.

Mengawali acara ini, kami semua tentu saja ingin tampil paripurna. Bersolek adalah agenda wajib. Saling mengecek kelengkapan busana yang akan kami tampilkan nanti, apalagi ada peragaan busana yang akan kami tampilkan dengan mengangkat tema songket dan batik Nusantara.

Sepatu bertiang juga menjadi properti penyelaras lenggak-lenggok kami di panggung nanti dan juga pelengkap penampilan bagi guru-guru lainnya meskipun tak ambil bagian dalam pagelaran busana itu.

Wah, sepatu bertiang? Sepatu jenis apakah itu? Mengapa namanya sepatu bertiang?

Istilah ini dilontarkan oleh si pemeran Putri Tangguk yang menjadi salah satu pengisi acara Kartinian di sekolah kami.

Kisah Putri Tangguk diceritakan sebagai perempuan dari sebuah dusun di pelosok kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Menjadi petani yang memiliki sawah yang luas, jelas membuat si Putri Tangguk tak mengenal sepatu, apalagi sepatu high heels atau sepatu hak tinggi yang akhirnya dikenali oleh Tangguk sebagai "sepatu betiang" (sepatu yang memiliki tonggak seperti tiang yang menopang  telapaknya)

Sepatu bertiang atau high heels menjadi salah satu item fashion milik wanita yang digunakan untuk memberi kesan tinggi atau memperbaiki postur tubuh. Dilansir dari Mental Floss, high heels telah ada sejak abad ke-16. Sepatu ini pada masa itu dipakai  oleh prajurit Persia yang mengendarai kuda. Digunakan untuk mempertahankan kestabilan kaki prajurit ketika menginjak sanggurdi pada kuda agar prajurit dapat membidik panah dengan jitu.

High heels pernah menjadi sepatu untuk para pria dari kalangan sosial yang tinggi karena pada saat itu tubuh tinggi memberikan perasaan dominan bagi mereka terhadap orang lain.

High heels baru digemari oleh wanita pada akhir abad ke-19 dan akhirnya disadari bahwa high heels dapat membuat tubuh wanita menjadi terlihat lebih menarik. Pada perkembangannya kini,sepatu jenis ini menjadi populer digunakan oleh wanita saja dan tidak lagi disukai pria karena tidak lagi menjadi penanda status sosial. ( Merdeka.Com)

Kini sepatu bertiang juga dipakai oleh wanita Indonesia sesuai dengan perannya yaitu untuk membuat tubuh terlihat lebih tinggi. Tapi pada kenyataannya , sepatu bertiang tidak saja dikenakan oleh wanita bertubuh pendek, tapi juga yang bertubuh tinggi.

Para model atau peragawati kerap tampil modis dan menarik saat difoto atau berjalan pada catwalk dengan mengenakan sepatu bertiang dengan berbagai ukuran.

Profesi lain seperti pramugari, sekretaris, pegawai bank atau kantor lainnya termasuk guru juga memakai sepatu bertiang dalam menjalankan tugasnya.

Saya pernah melihat seorang pramuniaga di sebuah supermarket ternama di kota ini, mengenakan sepatu bertiang ketika bekerja. Dengan tertatih-tatih dia berusaha melayani konsumen yang datang dan saya rasa dia tak merasa nyaman dengan sepatu yang memiliki tiang kurus dengan ukuran tingginya yang hanya 5 sentimeter. Oh, apakah seharusnya begitu?

Bagaimana hubungan sepatu bertiang dengan perjuangan Kartini?

Jika dulu Kartini berjuang untuk menyetarakan derajat perempuan dengan laki-laki agar mendapatkan hak yang sama terutama dalam bidang pendidikan, maka sekarang kita sebagai perempuan Indonesia harus mempertahankan hak itu. Kita harus tetap bergerak dan ikut bersama membangun negeri. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa peran wanita Indonesia kini sangatlah kuat. Dimulai dari sebuah keluarga, peran perempuan dapat menciptakan keharmonisan hidup dalam segala bidang.

Mari kita belajar dari sepatu bertiangnya para wanita. Sepatu bertiang membantu kita berdiri lebih tinggi dan dapat menatap lebih jauh. Itu artinya kita sebagai perempuan harus memiliki pandangan yang jauh terhadap suatu permasalahan. Harus pandai menyelesaikan masalah dengan pikiran yang logis serta perasaan yang halus.

Tiang pada telapak sepatu itu mengajarkan kita untuk memiliki pondasi agama dan keyakinan terhadap Tuhan dalam menjalankan kehidupan. Selain itu tiangnya juga menuntut kita untuk selalu berhati-hati untuk berjalan menapaki kehidupan sosial kita.

Di zaman milenial ini, kehidupan kita tak bisa terlepas dari teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informatika. Memakai sepatu dengan tiang atau hak yang tinggi memerlukan konsentrasi yang tinggi, tak bisa cepat-cepat atau bahkan berlari. Di dalam bermedia sosial, perempuan dituntut untuk lebih berhati-hati, harus tanggap terhadap berita atau informasi palsu  (hoax). Tidak sembarangan membagi atau mengunggah sesuatu yang tidak berguna atau merugikan orang lain.

Sepatu bertiang juga mengajarkan kita untuk selalu memandang ke depan dan ke bawah. Karena ketika kita mengenakan sepatu ini, kita pasti akan merasa percaya diri untuk berjalan memandang ke depan dan hati-hati dengan memandang ke bawah agar tiangnya yang kurus dan kecil tak terjebak ke dalam lubang. Memandang ke masa depan yang artinya sebagai perempuan kita harus memiliki modal ilmu, pendidikan yang mapan, atau paling tidak harus terus mengupgrade diri agar lebih berkompeten di dalam lingkungan kerja atau lingkungan sosial.

Memandang ke bawah dalam arti dalam perjalanan hidup, kita layak bersyukur atas apa yang kita miliki. Jangan pernah merasa iri dengan apa yang dimiliki orang yang lebih tinggi dari kita, cobalah tengok ke bawah, masih banyak yang tak seberuntung kita.

Ujung sepatu bertiang yang biasanya lancip akan menancap ke dalam tanah yang artinya kita harus terus menggali potensi dalam diri. Jangan biarkan itu terkubur tanpa bekas.

Perempuan-perempuan Indonesia harus tetap berkarya sesuai dengan perannya. Karena setiap kita pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan mengolah waktu yang ada kita dapat menunjukkan kelebihan yang kita miliki dan belajar untuk menutupi kekurangan diri. Perempuan Indonesia dapat berperan banyak untuk membangun negeri ini. Karena kesetaraan gender jelas telah diakui di negara kita berkat perjuangan seorang Kartini.

Maka dari itu kita tak boleh hanya tinggal diam, berdiri di belakang kaum laki-laki tanpa mau berbuat sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kembali pada kegunaan sepatu bertiang tadi dalam kegiatan kita sehari-hari, bahwa kita harus menyesuaikan keadaan dan juga kemampuan diri. Itu artinya jika dalam bekerja kita lebih nyaman dengan sepatu tanpa tiang, jangan memaksa mengenakan sepatu dengan tiang apalagi jika tiangnya terlalu tinggi.

Seorang model saja bisa terjatuh saat mengenakan sepatu dengan tiang yang tinggi sekali saat berjalan di atas catwalk.

Dalam hidup, kalau tak mampu untuk memiliki sesuatu jangan dipaksakan untuk memilikinya. Karena ujung-ujungnya akan membuat celaka. Jangan pula mencoba sesuatu yang berisiko tinggi kalau kita tak mampu menanganinya.

Seorang model juga harus latihan berjalan berkali-kali dengan mengenakan high heels agar bisa tampil memuaskan, begitu pun kita ketika ingin mencapai keberhasilan perlu kita lalui beberapa kegagalan. Yang penting kita harus berani mencoba dan terus berusaha untuk mencapai hasil yang terbaik.

Pada sebuah sepatu bertiang, kita juga mendapat pelajaran hidup lainnya. Pamer harta benda yang kita miliki jelas tidak ada gunanya dalam kehidupan. Justru akan menimbulkan masalah atau polemik. Itu artinya, seberapa mahal sepatu yang kita kenakan, tempatnya tetap di bagian paling bawah dari tubuh kita. Tidak akan dipandang lebih dulu oleh orang lain. Kita harus memperbaiki penampilan kita dalam berperilaku karena sepatu bertiang tak akan membantu kita dalam hal ini. Sepatu ini tidak kita pakai untuk menyombongkan diri.

Banyak sekali yang dapat kita pelajari dari sepatu jenis ini agar kita sebagai perempuan dapat memakai sepatu ini dengan kondisi yang cocok dan tentunya dapat menunjang penampilan.

tangguk-60864c0bd541df525b4a4492.jpg
tangguk-60864c0bd541df525b4a4492.jpg
Perjuangan sang Kartini harus tetap kita teruskan. Jadilah perempuan yang berdaya guna bagi lingkungan sekitar khususnya dan negara kita. Jadilah perempuan yang kuat menghadapi segala tantangan zaman, selalu mau mengembangkan segala talenta dan potensi dalam diri. Pandai menggunakan waktu luang untuk menghasilkan karya.

Mari kita ukir mimpi Ibu Kartini di bumi pertiwi ini agar menjadi kebangggan negeri tercinta ini.

Selamat meneruskan cita-cita Kartini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun