Mohon tunggu...
Indah budiarti
Indah budiarti Mohon Tunggu... Guru - https://www.kompasiana.com/indahbudiarti4992

Guru biasa dalam kesederhanaan. Berani mencoba selagi ada kesempatan. Menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjuangan Kartini dan Filosofi Sepatu Bertiang

26 April 2021   12:30 Diperbarui: 26 April 2021   12:30 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Putri Tangguk diceritakan sebagai perempuan dari sebuah dusun di pelosok kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Menjadi petani yang memiliki sawah yang luas, jelas membuat si Putri Tangguk tak mengenal sepatu, apalagi sepatu high heels atau sepatu hak tinggi yang akhirnya dikenali oleh Tangguk sebagai "sepatu betiang" (sepatu yang memiliki tonggak seperti tiang yang menopang  telapaknya)

Sepatu bertiang atau high heels menjadi salah satu item fashion milik wanita yang digunakan untuk memberi kesan tinggi atau memperbaiki postur tubuh. Dilansir dari Mental Floss, high heels telah ada sejak abad ke-16. Sepatu ini pada masa itu dipakai  oleh prajurit Persia yang mengendarai kuda. Digunakan untuk mempertahankan kestabilan kaki prajurit ketika menginjak sanggurdi pada kuda agar prajurit dapat membidik panah dengan jitu.

High heels pernah menjadi sepatu untuk para pria dari kalangan sosial yang tinggi karena pada saat itu tubuh tinggi memberikan perasaan dominan bagi mereka terhadap orang lain.

High heels baru digemari oleh wanita pada akhir abad ke-19 dan akhirnya disadari bahwa high heels dapat membuat tubuh wanita menjadi terlihat lebih menarik. Pada perkembangannya kini,sepatu jenis ini menjadi populer digunakan oleh wanita saja dan tidak lagi disukai pria karena tidak lagi menjadi penanda status sosial. ( Merdeka.Com)

Kini sepatu bertiang juga dipakai oleh wanita Indonesia sesuai dengan perannya yaitu untuk membuat tubuh terlihat lebih tinggi. Tapi pada kenyataannya , sepatu bertiang tidak saja dikenakan oleh wanita bertubuh pendek, tapi juga yang bertubuh tinggi.

Para model atau peragawati kerap tampil modis dan menarik saat difoto atau berjalan pada catwalk dengan mengenakan sepatu bertiang dengan berbagai ukuran.

Profesi lain seperti pramugari, sekretaris, pegawai bank atau kantor lainnya termasuk guru juga memakai sepatu bertiang dalam menjalankan tugasnya.

Saya pernah melihat seorang pramuniaga di sebuah supermarket ternama di kota ini, mengenakan sepatu bertiang ketika bekerja. Dengan tertatih-tatih dia berusaha melayani konsumen yang datang dan saya rasa dia tak merasa nyaman dengan sepatu yang memiliki tiang kurus dengan ukuran tingginya yang hanya 5 sentimeter. Oh, apakah seharusnya begitu?

Bagaimana hubungan sepatu bertiang dengan perjuangan Kartini?

Jika dulu Kartini berjuang untuk menyetarakan derajat perempuan dengan laki-laki agar mendapatkan hak yang sama terutama dalam bidang pendidikan, maka sekarang kita sebagai perempuan Indonesia harus mempertahankan hak itu. Kita harus tetap bergerak dan ikut bersama membangun negeri. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa peran wanita Indonesia kini sangatlah kuat. Dimulai dari sebuah keluarga, peran perempuan dapat menciptakan keharmonisan hidup dalam segala bidang.

Mari kita belajar dari sepatu bertiangnya para wanita. Sepatu bertiang membantu kita berdiri lebih tinggi dan dapat menatap lebih jauh. Itu artinya kita sebagai perempuan harus memiliki pandangan yang jauh terhadap suatu permasalahan. Harus pandai menyelesaikan masalah dengan pikiran yang logis serta perasaan yang halus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun