Mohon tunggu...
Inayat
Inayat Mohon Tunggu... Swasta - Freelancer Konsultan Pemberdayaan Masyarakat

Hobby menulis hal hal yang bersifat motivasi

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

2 Jam Bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X di Acara "Gagas RI Eps 7: Berdaulat untuk Rakyat"

9 Februari 2024   08:00 Diperbarui: 9 Februari 2024   13:41 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi


Saking semangatnya saya datang kelokasii acara lebih awal tepat jam 16.00 karena masih lama saya putuskan untuk mampir kewarung soto malang yang ada disekitar gedung bentara budaya tidak lupa numpang cash hape yang kebetulan  sudah mulai lowbat sambil ngobrol ngalor ngidul dengan abang penjual soto  mengawali cerita memori tahun 2013  pernah menjadi petugas pendamping Program Pemerintah di Kelurahan Gelora  Jakarta Pusat berawal dari cerita itu akhirnya menyambung soal  lingkungan permukiman di Gelora khususnya RW.01 yang sangat padat, kumuh dan rawan keamanan semua bisa diatasi dengan adanya kesadaran kolektif untuk menjaga lingkungan.

Nah untuk infrastuktur sebaiknya dirembukan bersama warga masyarakat lalu diusulkan melalui mekanisme musrenbang tingkat kelurahan namun sayang perbincangan dengan penjual  soto terpaksa harus saya sudahi mengingat jarum jam sudah menunjukkan jam 18.00 tepat saatnya harus segera menuju lokasi.

Di sana sudah berkumpul beberapa teman dari KOPAJA71 duduk di tenda biru dihalaman gedung bentara budaya setelah lengkap sebagaimana biasa kordinator kopaja71 bang Horas begitu sapaan akrab dengan mengajak  registrasi ulang disana kami  disambut oleh panitia pelaksana dengan sangat ramah untuk registrasi setelah itu dipersilahkan untuk menikmati makan malam kemudian  menuju ruangan gagas RI

Dok. KOPAJA 71
Dok. KOPAJA 71

Tepat jam 19.00 acara dimulai dengan pendahuluan  disampaikan secara lugas oleh moderator Sukidi - Pemikir Kebinekaan membuka wawasan tentang kedaulatan yang menempatkan rakyat diatas segalanya menyentil soal kekuasaan seharusnya dijadikan sebagai sarana untuk mensejahterakan rakyat bukan sebaliknya rasanya tepat sekali apa yang telah diperankan Sri Sultan Hamengku Buwono X - Raja dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dalam mengayomi masyarakat yang  selalu mengedepankan kesetaraan dengan menyatukan orang biasa (kawula) dengan ratu (raja) "manunggaling kawula gusti" dengan gagasan utamanya adalah bahwa manusia dan alam semesta berada dalam kesatuan ilahiah yang harus saling menjaga, saling menghargai, saling menghormati mengedepankan nilai-nilai kesetaraan dengan tugas utama pemimpin adalah bagaimana menjaga keselamatan negara.

Lebih mendalam lagi  Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam petuahnya-petuahnya  selama 2 jam menjelaskan bagaimana menjaga kedaulatan bangsa melalui ajaran "hamemayu hayuning bawono" yang merupakan salah satu falsafah jawa yang dapat  digunakan   sebagai halaman sejarah untuk menentukan arah kehidupan rakyat yang berhubungan dengan masalah  sosial, budaya,  ekonomi,  pendidikan  maupun  lingkungan  hidup bukankah tugas semua  pemimpin adalah bagaimana mengimplementasikan ajaran darmaning manungsa mahanani rahayuning untuk menjaga keselamatan Negara.

Dok. KOPAJA 71
Dok. KOPAJA 71

Hal tersebut membuktikan betapa nenek moyang kita sudah memiliki filosofi yang sangat visioner dan bisa digunakan di setiap lintas zaman nilai luhur ini seharusnya  menjadi pedoman  bagi manusia modern dan manusia post-modern sekalipun maka  untuk itu leluhur kita mewariskan  tiga ajaran utama yang sarat dengan nilai-nilai yaitu " ngamanungsakake (olah rasa kemanusiaan), hamemayu bayuning bawono (tugas duniawi), dan  nyabareke agama suci (tugas ketuhanan)  jika tiga nilai ini dijalankan dengan apik maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang menjadikan  perbedaan sebagai potensi kekayaan bangsa. Berikut penjelasan tiga ajaran warisan leluhur yang bisa diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat dan Negara  

Pertama, rahayuning bawana kapurba waskitaning manungsa (kesejahteraan dunia tergantung manusia yang memiliki ketajaman rasa. Dengan demikian menjadi kewajiban manusia  untuk menjaga tempat yang saat ini kita pijak berdasarkan dengan intuisi rasa sebagai anugerah dari Tuhan dengan nilai itu maka manusia akan paham bagaimana mengolah rasa, olah pikir, sehingga menimbulkan rasa kepedulian terhadap sesama makhluk "hidup Sura dira jaya ningrat" (Keberanian, kekuatan, kejayaan, dan kenikmatan), lebur dening pangastuti 'kalah dengan kasih sayang dan nilai kebaikan yang ada pada manusia".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun