Mohon tunggu...
Inas Atikah
Inas Atikah Mohon Tunggu... Penulis - Pelajar

SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hujan Es

30 November 2019   09:27 Diperbarui: 30 November 2019   09:28 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada musim kemarau tahun ini, hujan merupakan hal yang sangat dinantikan oleh masyarakat, termasuk masyarakat Riau. Hal itu dikarenakan air sangat sulit didapatkan. Ditambah dengan Ketika tragedi kebakaran hutan melanda di Pelalawan Riau, masyarakat sangat risau.

Mematikan kebakaran hutan bukan hal yang bisa langsung mati oleh pemadam kebakaran, namun dengan hujan akan sangat membantu. Ketika masyarakat menanti datangnya hujan, tepatnya tanggal 23 September 2019 siang hari akhirnya hujan pun turun mengguyur daerah tersebut, termasuk Desa Pelalawan Kepulauan Riau. 

Namun tidak diduga terjadi kejadian yang belum pernah terjadi sebelumnya sehingga membuat masyarakat sekitar heboh. Hujan yang biasanya hanya berupa tetesan air namun terdapat beberapa berbentuk kristal. Ya, mereka menyebutnya hujan es. Berawal dari beberapa warga yang merasa janggal dengan suara gemuruh hujan yang berisik. Setelah hujan reda, masyarakat keluar rumah dan menyaksikan fenomena unik yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Menurut Analisis BMKG Yudistira, fenomena hujan es terjadi disebabkan akibat turunnya hujan yang terdiri dari bola-bola dengan diameter antara 5-50 mm atau bahkan lebih. Salah satu proses pembentukannya adalah through kondensasi UAP udara yang sangat dingin di atmosfer pada lapisan tebal kulit di defferences titik beku (tingkat pembekuan).

Awan yang tinggi puncaknya melebihi titik beku ini akan memiliki bagian atas yang suhunya lebih rendah dari nol derajat Celcius. Sehingga awan ini memiliki peluang besar untuk menghasilkan es. Es yang terbentuk dari proses ini biasanya cukup besar. 

Pada masa pergantian musim biasanya akan terjadi pembentukan awan secara konvektif dimana masa udara basah terangkat ke atas dan membentuk awan yang puncaknya melebihi tingkat pembekuan dan terjadilah proses pengintian es. Maka, bagian atas awan tersebut banyak mengandung es. Saat sudah cukup gagal untuk hujan, maka butiran atau bahkan gumpalan juga ikut jatuh ke permukaan bumi.

Akibat ukurannya, sementara itu telah turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang relatif hangat tidak semuanya dapat mencair. Hujan es bisa turun dalam berbagai macam ukuran. Jika ukurannya sangat besar dan disertai dengan angin kencang, fenomena ini dapat memakan banyak korban. 

Apakah peristiwa tersebut merupakan peringatan dari Tuhan? Wallahua'lam. Yang jelas hujan ini telah membuat heboh warga, karena jika biasanya hujan berbentuk air, tapi kali ini hujan yang turun di Pelalawan berbentuk es. Fenomena hujan es biasanya terjadi saat musim transisi atau pancaroba musim. Baik dari musim kemarau ke musim hujan ataupun sebaliknya. 

Di Indonesia, fenomena hujan es ini ternyata sudah kerap terjadi, seperti hujan es di Aceh, Bandung dan Jakarta. Fenomena hujan es ini terjadi akibat prespital (turunnya hujan) yang terdiri dari bola-bola es dengan diameter 5-50 mm atau bahkan lebih.

Meskipun hujan es turun hanya sebesar butiran krikil, kita disarankan untuk tidak keluar rumah saat terjadi hujan es. Karna meskipun tidak melukai tubuh, es yang turun itu adalah uap air yang mengandung polutan dan kuman yang tidak terlihat. Jadi lebih baik menghindari hujan es daripada bermain dengan es yang terjatuh dari langit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun