Juragan merupakan lelaki berusia empat puluh lima tahun yang mempunyai puluhan hektar sawah di desa Negla. Ia mempunyai pohon sukun lima buah di kebunnya. Semuanya berbuah lebat. Ada seorang lelaki yang sering melewati kebun rumahnya setelah mengumpulkan rumput untuk memberi makan kambing milik tetangganya.
Lelaki pencari rumput itu bernama Wahidin berusia dua puluh lima tahun. Tubuh kurusnya menunjukkan jika ia berasal dari keluarga kurang mampu.
Juragan sedang memanen satu pohon buah sukun. Wahidin di ajak untuk mengumpulkan buah sukun yang sudah di petik. Diam-diam Wahidin mengambil dua buah sukun dan memasukkannya ke dalam rumput yang dibawanya di dalam karung.
Setelah sukun itu disembunyikan, Wahidin segera pergi meninggalkan rumah juragan.
Juragan baru menyadari jika dua sukun miliknya hilang. Ia mencurigai Wahidin mengambilnya tanpa izin.
Ia marah dan berniat mendatangi rumah Wahidin.
"kurang ajar, akan aku beri pelajaran kepada Wahidin," ujar juragan suara kencang sambil melotot.
"Darpin, Kamu ikut aku! bawa bambu untuk memukul dia!" ujar juragan yang berjalan duluan.
Sesampainya di rumah Wahidin, juragan melihat istri Wahidin sedang hamil besar. Dan secara tidak sengaja ia mendengar ucapan Wahidin ke istrinya.
"Dek, aku bawakan sukun. Kamu masak ya! Dari tadi malam kamu belum makan, kan?" ujar Wahidin kepada istrinya sambil menyodorkan dua buah sukun yang ia ambil diam-diam dari rumah Juragan
"Maaf ya dek, aku belum bisa belikan beras." Ujar Wahidin lagi.