Mohon tunggu...
InaKirana Channel
InaKirana Channel Mohon Tunggu... Freelancer - Hai

jujur beropini

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sulitnya Menjadi Wanita di Indonesia

21 November 2021   15:42 Diperbarui: 21 November 2021   15:45 511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di era semodern seperti sekarang ini, masih ada saja orang-orang yang berfikir kolot tentang wanita. Dan yang lebih mengherankannya lagi terkadang pemikiran kolot itu dimiliki oleh wanita juga.

Sudah bukan rahasia umum lagi menjadi wanita di negara Indonesia ini sungguhlah berat. Banyak sekali hal-hal yang bisa dijadikan berdebatan dari seorang wanita. Entah itu si wanita masih belia atau sudah berumur, entah wanita itu bearada di jalan yang lurus atau menyimpang, entah dia single atau memiliki pasangan.

Ketika seorang wanita masih berada pada usia sekolah, gak asing di telinga kita akan kalimat "sekolah yang seperlunya saja, belajar jangan ketinggian, nanti sulit ketemu jodoh". Padahal, jika ditilik dari kalimat "madrasah yang utama bagi seorang anak itu adalah pada ibunya". Ibunya itu wanita loh. Bagaimana suatu madrasah bisa menghasilkan pelajar yang cerdas jika tidak memiliki bekal ilmu di dirinya. Pendidikan itu tidak hanya dari sekolah. Bisa dari mana saja. Ilmu itu bukan hanya di sekolah, tapi bisa dijumpai di mana saja dan dalam berbagai bentuk. Bagaimana bisa seorang wanita juga dibatasi untuk mendapatkan pendidikan yang setinggi-tinggi sesuai keinginannya.

Ketika si wanita sudah berumah tangga. Apapun hal buruk yang dianggap buruk oleh mata di luar rumah tangganya, biasanya langsung tertuju kepada sosok si wanita. Belum adanya momongan. "Coba deh, istrinya diperiksa, mungkin ada masalah". Padahal untu menjadikan seorang bayi di rahim wanita itu juga ada sumbangsih dari si pria, lantas kenapa hanya wanita saja yang ditatap sinis. Dan jangan lupa, urusan momongan ini juga hal preogratif Tuhan. Sebab, Dia adalah sang Maha Pencipta.

Yang tak kalah menyakitkan lagi, ketika si wanita menjadi janda. Semua mata tertuju padanya dengan selentingan omongan-omongan yang sering sekali tidak mengenakkan. "Cerai ? Kamu sih gak sabar jadi istri" "Diselingkuhi ? Makanya kamu urus diri dong. Biar suami gak pindah hati". Tak jarang ucapan itu juga datang dari mulut wanita juga. Di mana empatinya. 

Hal ini didasari dari budaya patriarki yang cukup kental di negara ini. Budaya yang sudah tertanam lekat di kehidupan sosial negara ini. Sulit memang untuk merubahnya, namun sulit bukan berarti tidak mungkin.

Wanita memiliki hak pendidikan yang sama dengan lelaki. Dia berpendidikan tinggi bukan untuk orang lain. Tapi untuk dirinya. Dan menggunakan ilmu yang dimilikinya untuk membangun hal yang baik di sekitarnya. Buruk baiknya sebuah rumah tangga itu adalah peran dari kedua belah pihak, termasuk urusan memiliki momongan. Janganlah sebagai pihak luar merasa lebih tahu urusan kenegaraan rumah tangga orang lain.

Dan menjadi janda bukanlah sebuah predikat buruk. Itu pilihan di mana memang jika tidak lagi memungkinkan sebuah rumah tangga untuk dipertahankan. Atau bisa jadi tidak ada pilihan ketika pasangan yang harus diamnil Tuhan terlebih dahulu. Dan untuk tetap memilih menjadi single mother sepanjang hidupnya untuk membesarkan anak tanpa pasangan, itu juga menjadi hak setiap wanita. Hanya dia yang tahu pertimbagannya apa. Janganlah terlalu cepat memberikan argumen buruk, apalagi kita tidak mengenalnya.

Terkadang, saya merasa sangat ingin tahu mengenai bagaimana kehidupan para anita di negara lain. Apakah sama ? Ya, bakal selalu ada sekelompok orang-orang yang masih memiliki pemikiran tertutup.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun