Di tengah upaya kolektif menurunkan angka stunting di desa, Kecamatan Pringgarata menunjukkan keseriusannya. Sebanyak 12 Kader Pembangunan Manusia (KPM) dari seluruh desa berkumpul dalam sebuah forum koordinasi yang diadakan melalui kunjungan lapangan TAPM. Pendamping Desa (PD) turut hadir memberi penguatan.
Forum ini bukan sekadar temu muka rutin. Ia menjadi ruang strategis menyamakan persepsi tentang tugas, peran, dan tantangan yang dihadapi para KPM. Diskusi berkembang dari soal teknis pelaporan hingga kebutuhan kolaborasi dengan sektor lain di tingkat desa. Semua pihak terlibat aktif.
Koordinasi semacam ini penting karena stunting adalah isu multisektor. Ia tidak cukup diselesaikan oleh intervensi kesehatan semata. Air bersih, sanitasi, pendidikan, dan ketahanan pangan rumah tangga adalah wajah lain dari persoalan yang sama. KPM menjadi garda depan di lapangan.
Keberadaan KPM sebagai ujung tombak desa sering tidak terdengar gaungnya. Padahal, merekalah yang mendata, memantau, dan mengawal anak-anak dari risiko stunting. Maka, forum ini menjadi semacam pengakuan dan ruang refleksi tentang makna kerja mereka di tengah tantangan struktural.
Pringgarata seolah sedang memulai ulang, membaca kembali makna kolaborasi. Dengan menyatukan langkah KPM se-kecamatan, mereka menegaskan bahwa kerja mencegah stunting bukan kerja individu. Ia adalah upaya kolektif yang butuh konsistensi, penguatan kapasitas, dan ruang komunikasi yang hidup.
Antara Data dan Kenyataan
Salah satu topik penting yang mengemuka dalam koordinasi adalah pemanfaatan dashboard. Di sinilah antara idealisme perencanaan dan kenyataan lapangan kerap bersilang. Dashboard menjadi jantung dari proses perencanaan, pengambilan keputusan, dan pelaporan program di desa.
Namun kenyataannya, masih banyak desa yang belum optimal memanfaatkan dashboard. Beberapa KPM mengaku masih kesulitan dalam input data karena minimnya pelatihan teknis. Bahkan, ada yang belum memiliki akun akses atau terkendala perangkat dan jaringan internet.
Hal ini menunjukkan pentingnya pelatihan rutin dan dukungan teknis berkelanjutan. Dashboard yang semestinya menjadi alat bantu justru bisa menjadi beban jika tidak dibarengi dengan peningkatan kapasitas. Apalagi, data yang masuk berdampak langsung pada arah kebijakan desa.
Forum ini menjadi ruang koreksi sekaligus evaluasi. Para KPM berbagi pengalaman masing-masing desa dalam mengoperasikan dashboard. Ada yang sudah rutin meng-update data, ada pula yang baru memulai. Semangat belajar dan saling berbagi menjadi kekuatan dalam sesi ini.
Di sisi lain, dashboard juga membuka peluang baru. Ia tidak hanya menampung data, tetapi memberi arah tindakan. Ketika dimanfaatkan dengan benar, dashboard menjadi alat navigasi yang membantu desa bertindak berdasarkan fakta, bukan sekadar asumsi atau rutinitas administratif.
Peran Strategis KPM di Titik Kritis
Kader Pembangunan Manusia (KPM) menempati peran penting dalam rantai kerja penurunan stunting. Mereka bukan sekadar petugas teknis, tetapi agen perubahan di tingkat komunitas. Mereka mengenal wilayah, keluarga, hingga anak-anak yang berisiko stunting di desa mereka.
Namun, selama ini peran KPM kerap terpinggirkan dalam diskursus pembangunan desa. Mereka bekerja senyap, jarang dilibatkan dalam proses perencanaan secara substansial. Koordinasi Pringgarata mencoba mengubah itu. KPM dilibatkan, didengar, dan didorong untuk aktif menyampaikan analisis.
Ketika KPM diberi ruang, mereka tak hanya melaporkan, tetapi juga memberikan saran kebijakan. Mereka tahu rumah tangga mana yang butuh intervensi pangan, anak-anak mana yang butuh pemantauan tumbuh kembang, dan ibu hamil mana yang perlu pendampingan ekstra.
Koordinasi semacam ini penting untuk memperkuat peran KPM secara kelembagaan. Mereka tidak bekerja sendiri, tetapi menjadi bagian dari sistem yang lebih besar. Ada PD, kepala desa, bidan, dan PKK. Sinergi inilah yang menjadi kunci keberhasilan intervensi di tingkat desa.
Jika ingin stunting benar-benar turun, maka peran KPM harus diarusutamakan. Mereka harus didampingi, dilatih, dan diapresiasi. Tanpa mereka, angka di dashboard hanyalah statistik mati. KPM adalah penghubung antara data dan tindakan nyata di lapangan.
Jalan Panjang Menuju Desa Bebas Stunting
Koordinasi Pringgarata menunjukkan bahwa perubahan tidak harus dimulai dari hal besar. Ia bisa lahir dari pertemuan sederhana yang jujur, terbuka, dan saling mendengar. Dalam forum ini, KPM dan PD membicarakan tantangan, peluang, dan menyusun rencana tindak lanjut.
Salah satu hasil penting dari koordinasi ini adalah kesepakatan untuk memperkuat input data secara berkala ke dashboard. Setiap desa berkomitmen melakukan pembaruan data dan mengintegrasikannya ke dalam perencanaan tahunan desa, terutama dalam bidang kesehatan dan gizi.
Langkah lain yang diusulkan adalah pelatihan lanjutan bagi KPM, khususnya dalam pemanfaatan teknologi informasi. Beberapa desa bahkan menyampaikan kebutuhan laptop atau perangkat kerja dasar untuk mendukung tugas-tugas administrasi dan pemantauan lapangan.
Langkah kecil ini bisa menjadi cikal bakal perubahan besar. Ketika desa mulai membangun budaya data yang kuat dan mendorong peran aktif KPM, maka intervensi menjadi lebih tepat sasaran. Stunting tidak lagi ditangani secara reaktif, tetapi secara sistemik dan berkelanjutan.
Menuju desa bebas stunting bukan perkara mudah. Ia adalah jalan panjang yang penuh tantangan. Namun, jika koordinasi seperti di Pringgarata terus dilakukan dan diperluas, maka jalan itu bukan hanya mungkin dilalui, tetapi bisa menjadi teladan bagi desa-desa lain di Indonesia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI