Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Merancang Masa Depan "Sejahtera dari Desa"

19 April 2025   20:51 Diperbarui: 20 April 2025   08:36 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: desa yang sejahtera. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Kedaulatan pangan belum benar-benar hadir di dapur warga desa. Petani sebagai produsen pangan justru sering menjadi kelompok paling rentan terhadap krisis pangan, perubahan iklim, dan gejolak harga pasar yang tidak stabil.

Indeks kesehatan dan pendidikan pun masih tertinggal. Indeks “Desa Sehat dan Sejahtera” berada di angka 57,43, sedangkan “Pendidikan Desa Berkualitas” hanya mencapai 42,70. Ini memperlihatkan rapuhnya pelayanan dasar di desa.

Padahal, kesehatan dan pendidikan merupakan prasyarat mutlak bagi pembangunan berkelanjutan. Tanpa warga desa yang sehat dan terdidik, transformasi sosial-ekonomi hanya akan menjadi slogan kosong yang jauh dari kenyataan.

Namun, di balik tantangan itu, harapan tetap terbuka. Salah satunya terlihat dari indeks “Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan” yang mencapai angka luar biasa tinggi: 99,30. Desa mulai mengakses energi yang lebih ramah lingkungan.

Ilustrasi masyarakat sejahtera(canva.com via kompas.com)
Ilustrasi masyarakat sejahtera(canva.com via kompas.com)

Ini menunjukkan bahwa energi terbarukan memiliki potensi besar sebagai motor penggerak masa depan desa. Namun potensi itu masih bersifat sektoral dan belum banyak mendukung sektor lain seperti ekonomi, pendidikan, atau kesehatan.

Sayangnya, ketimpangan tetap menjadi masalah utama. Indeks “Pertumbuhan Ekonomi Desa Merata” hanya 39,26 dan “Desa Tanpa Kesenjangan” tercatat di angka 34,10. Hasil pembangunan belum dirasakan secara adil oleh semua kalangan.

Ini menandakan bahwa pertumbuhan ekonomi belum diikuti oleh pemerataan. Desa-desa tertentu menikmati percepatan, sementara desa lainnya masih tertinggal jauh. Ketimpangan antarwilayah dan antarkelompok pun masih mencolok.

Hal ini diperparah dengan kondisi pemukiman yang belum layak. Indeks “Kawasan Pemukiman Aman dan Nyaman” hanya menyentuh 31,61. Banyak desa masih bergulat dengan persoalan sanitasi, air bersih, dan tata ruang pemukiman.

Aspek lingkungan pun tak kalah memprihatinkan. Indeks “Konsumsi dan Produksi Sadar Lingkungan” berada di titik rendah: hanya 7,25. Ini menandakan rendahnya kesadaran akan keberlanjutan dan perlindungan lingkungan di desa.

Namun, desa tetap memiliki kekuatan sosial yang luar biasa. Indeks “Desa Damai dan Berkeadilan” mencapai angka tinggi 75,95. Ini memperlihatkan kuatnya modal sosial desa seperti gotong royong, musyawarah, dan nilai-nilai keadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun