Mohon tunggu...
Beryn Imtihan
Beryn Imtihan Mohon Tunggu... Penikmat Kopi

Seorang analis pembangunan desa dan konsultan pemberdayaan masyarakat yang mengutamakan integrasi SDGs Desa, mitigasi risiko bencana, serta pengembangan inovasi berbasis lokal. Ia aktif menulis seputar potensi desa, kontribusi pesantren, dan dinamika sosial di kawasan timur Indonesia. Melalui blog ini, ia membagikan ide, praktik inspiratif, dan strategi untuk memperkuat ketangguhan desa dari tingkat akar rumput. Dengan pengalaman mendampingi berbagai program pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, blog ini menjadi ruang berbagi pengetahuan demi mendorong perubahan yang berkelanjutan.

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Mudik ke Lombok: Tradisi Tahunan, Tantangan Abadi

26 Maret 2025   16:14 Diperbarui: 26 Maret 2025   17:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemudik (Sumber: https://lombokpost.jawapos.com/nasional/1504481515/26-juta-orang-bakal-mudik-lebaran-pemerintah-pastikan-kesiapan-jalur-darat)

Di beberapa titik, fasilitas mudik mulai diperbaiki. Tambahan tempat duduk, ruang tunggu yang lebih luas, serta peningkatan jumlah toilet mulai dilakukan. Meski belum sempurna, perbaikan ini diharapkan sedikit mengurangi ketidaknyamanan selama perjalanan menuju kampung halaman.

Namun, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Koordinasi antarinstansi masih sering tumpang tindih. Beberapa kebijakan yang diterapkan justru memperlambat arus pemudik. Solusi sistematis harus ditemukan agar masalah ini tidak terus berulang.

Di balik segala tantangan, ada optimisme yang terus tumbuh. Semangat gotong royong warga Lombok menjadi bagian dari upaya memastikan mudik lebih baik. Beberapa komunitas secara sukarela mendirikan posko bantuan bagi pemudik yang kelelahan dalam perjalanan panjang.

Posko ini menyediakan tempat istirahat, dan layanan kesehatan sederhana. Relawan dari berbagai latar belakang turun tangan untuk membantu. Mereka memahami bahwa mudik bukan hanya soal pulang, tetapi juga pengalaman perjalanan yang harus nyaman.

Di sepanjang jalur utama, pengendara sering kali saling membantu. Ada yang membagikan air mineral, memberikan petunjuk arah, atau sekadar menawarkan tempat berteduh. Ini menjadi bukti bahwa kebersamaan tetap terjaga meskipun perjalanan terasa melelahkan.

Mudik adalah cerita yang selalu berulang. Namun, setiap tahun selalu ada yang baru. Ada harapan bahwa perjalanan ini semakin nyaman. Ada keyakinan bahwa pulang bukan sekadar kembali ke rumah, tetapi juga menemukan kembali kehangatan yang tak tergantikan.

Lebaran selalu menjadi momentum pertemuan keluarga. Pemudik tiba di rumah dengan wajah lelah, tetapi penuh kebahagiaan. Tak ada yang lebih membahagiakan selain berkumpul dengan keluarga setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun hidup di perantauan.

Di tengah segala dinamika mudik, satu hal yang pasti: tradisi ini akan terus bertahan. Ia adalah bagian dari budaya, bagian dari cerita yang diwariskan lintas generasi. Pulang ke rumah adalah pulang ke akar, ke tempat semua cerita bermula.

Setiap tahun, kita berharap mudik semakin nyaman. Bukan hanya dari segi infrastruktur, tetapi juga dari sisi kebijakan dan pelayanan. Karena mudik bukan sekadar perjalanan pulang, melainkan juga perjalanan menemukan kembali makna keluarga dan kampung halaman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun