"Mengapa Anda pilih jadi wartawan?! Kali ini pertanyaan Mas Pardiman menukik pada goal wawancara.
"Panggilan jiwa, Mas," jawab Alif tanpa ragu.
"Memang sebelumnya pernah jadi wartawan?" selidik Mas Pardiman.
"Sudah, Mas. Waktu saya di kampus saya aktif di LPM Ukhuwah," ujar Alif.
"Apa itu Ukhuwah?" Mas Pardiman belum familiar.
"Majalah mahasiswa di kampus saya namanya Ukhuwah, Mas," tegas Alif.
Sesaat Mas Pardiman membuka berkas di hadapannya. Kemudian merapikannya kembali. Matanya ke arah Alif.
"Cukup. Dik. Nanti kabarnya akan disampaikan segera melalui telpon rumah," Mas Pardiman mengakhiri wawancara. Alif keluar setelah sebelumnya menyalami Mas Pardiman dengan gennggaman mantap. Alif sengaja agak menekan tangan Mas Pardiman, sebagai simbol, Alif tidak ragu ketika memutuskan menjadi wartawan.
*
Tiga bulan berlalu. Itu pertanda proses magang Alif selesai. Benar saja, Alif resmi diangkat sebagai wartawan HSM setelah menandatangi kontrak pertama dalam jangka satu tahun.Â
Waktu terus berjalan. Dinamika berita kian dikuasai Alif. Sejumlah karakter masing-masing redaktur, sebagai atasannya juga sudah dikenali. Masuk semester pertama, Alif menemukan kejanggalan.