Mohon tunggu...
Imroatul khofifah
Imroatul khofifah Mohon Tunggu... Lainnya - Imroah

Winner never stop trying

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa

30 Januari 2022   12:00 Diperbarui: 30 Januari 2022   12:01 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rasa ini tumbuh begitu membuncah didalam dada, hingga aku binggung harus kuapakan rasa ini. Rasa ini tumbuh bermula dari senyum manisnya yang sangat menawan. dia seorang kakak tingkat yang kutemui diawal kuinjakan kaki dikampus ini. wajahnya yang rupawan ditambah kacamata yang bertengger ditelinganya cukup menjadikannya sebagai sosok yang begitu diidolakan.

Dari beberapa kakak tingkat bahkan teman seangkatanku mereka mengatakan bahwa dia begitu populer dikalangan mahasiswa dan dosen. bukan hanya tampan dia juga sopan dan memiliki tutur kata yang lembut tapi tak banyak perempuan yang dekat dengannya karna sosoknya yang cukup membatasi interaksi terhadap lawan jenis. namun tak ayal banyak wanita wanita dikampus ini yang mengidolakannya menjadikkannya tipe ideal untuk dimiliki bahkan mungkin bisa kukatakan aku adalah bagian dari banyaknya wanita wanita itu.

bagian teristimewa dari cerita ini adalah tahun lalu dimana aku dan kamu masuk dalam devisi yang sama dalam sebuah kepanitiaan. pernah dengar kata kata begini " jangan pernah menjatuhkan hati saat kepanitian karna setelahnya hubungan itu akan berakhir sejalan dengan berakhirnya kepanitian yang berlangsung " dan bodohnya aku adalah semakin menjatuhkan hati padanya. dan benar adanya dia yang membatasi interaksi kepada lawan jenis tak lagi hanggat padaku saat kepanitian telah usai.

karna satu devisi kita dituntut untuk dekat dengan masing masing anggota devisi demi kelancaran kerja devisi juga kelancaran acara nantinya. ahh sebut saja dia dengan kak malik, aku dan kak malik cukup sering bersama ngobrol berjam jam hanya untuk membahas mengenai devisi sampai akhinya bukan hanya kepentingan devisi saja yang kita bicarakan. obrolan kita mulai bergeser ke topik lain aku dan kak malik mulai menceritakan hari masing masing saat itu kupikir kak malik ternyata bisa juga diajak ngobrol begini dan guyonan receh mulai sering ia lontarkan yang sebelumnya aku berfikir bahwa jika ingin mengobrol dengan kak malik haruslah hal hal yang berbau serius.

bukan bukan salah kak malik disini tapi harapanku dan ekpektasiku saja yang terlalu tinggi dengannya. saat itu aku merasa beruntung sekali bisa dekat dengannya bahkan mennemukan hal baru dalam diri kak malik yang jarang diketahui orang lain. namun nyatanya apa yang dilkakukan kak malik sekedar untuk membangun chemistry antar anggota devisi saja. aku saja yang saat itu terlalu baper dan salah mengartikan tindakannya. dan benar saja setelah kepanitiaan itu usai aku dan kak malik kembali berjarak kami jarang sekali mengobrol seperti dulu bahkan untuk hanya bertegur sapa. dia kembali menjadi sosoknya yang membatasi interaksi dengan lawan jenis.  

namun rasa yang memang sejak awal ada tidak melulu hilang begitu saja dengan perlakuannya yang seperti ini aku tetap menjadi salah satu wanita penggagum kak malik. pernah mendengar istilah selama janur kuning belum melengung maka gass saja wkwkwkwk, mungkin itu yang sedang kuterapkan saat itu.

sampai akhinya seminggu yang lalu aku mendengar kabar bahwa kak malik telah memiliki wanita idamannya sendiri dia adalah kakak cantik dari fakultas sebelah awalnya aku ragu ahh mana mungkin kak malik diakan jarang interaksi dengan lawan jenis. sampai akhinya mata ini melihat sendiri bagaimana kedekatan kak malik dengan kakak cantik itu. rasa ini masih ada susah rasanya menghapus rasa yang cukup lama bersemayam dalam dada. tapi jahat sekali aku jika masih menyimpan rasa untuk kak malik sedangkan kak malik telah menaruh rasanya untuk kakak cantik. menyakitkan rasanya harus kuapakan rasa ini. tuhan rasa ini menyakitkan tolong hilangkan saja rasa ini biarkan hatiku melupakan namanya juga melupakan segala rasa yang berhubungan dengannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun