Mohon tunggu...
imas masitoh
imas masitoh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Full time mom

Bandung

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Bahaya Depresi pada Ibu yang Baru Melahirkan

5 September 2019   15:39 Diperbarui: 5 September 2019   21:39 352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Joshua Reddekopp on Unsplash

Beberapa hari yang lalu, ada satu berita yang menyita perhatian saya "Seorang Ibu di Bandung Bunuh Bayinya Berumur Tiga Bulan" Itu salah satu berita yang saya baca. Perkembangan kasus ini saya ikuti dan menjadikan berita ini menjadi bahan diskusi dengan teman-teman yang di grup whatsapp.

Memang penting yah berita ini sehingga menjadi bahan diskusi dan menjadi salah satu isu yang saya jadikan bahan tulisan? Yah! Bagi saya ini sangat penting. Salah satu berita menyebutkan jika sang ibu ada indikasi mengalami gangguan mental. Hal itu pun dikatakan oleh Polrestabes Bandung.

"Gangguan mental? Ah itu mah kurang iman aja!"

"Zaman dulu ibu-ibu yang melahirkan dan membesarkan anak gak ada tuh yang namanya gangguan mental."

Itulah beberapa respon yang membuat saya sedikit geleng-geleng. Kenapa? Karena gangguan mental adalah suatu penyakit yang harus segera diobati. Dan setiap orang itu berbeda, begitupun dengan keadaan, kesehatan dan kejiwaan seseorang, berbeda --beda.

Dikutip dari alodokter.com, gangguan mental adalah penyakit yang memengaruhi emosi,pola pikir dan perilaku penderitanya. Faktor-faktor penyebabnya pun beragam. Lantas apa sebenarnya hubungan antara gangguan mental dan seorang ibu?

Ya, bagi seorang ibu yang baru melahirkan ada kemungkinan terkena sindrom baby blues. Sindrom baby blues merupakan gangguan emosi yang terjadi setelah melahirkan. 

Ibu yang mengalami sindrom ini biasanya akan mudah menangis dan merasa sangat khawatir. Akan bahaya jika gangguan emosi ini terjadi lebih dari dua minggu lebih atau bahkan lebih, karena ada indikasi si ibu mengalami postpartum depression. 

Depresi ini akan membuat si ibu sangat putus asa dan mengalami kekhawatiran yang sangat berat dan hal ini bisa menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satunya, menyakiti diri sendiri dan lebih parahnya bisa menyakiti bayinya.

Yah, ada kemungkinan kasus yang di Bandung ini terjadi karena si ibu mengalami postpartum depression dan tidak segera mendatangi psikiater untuk diobati. Mungkin akan ada yang menanggapi,

"... tapi tetap saja si ibu salah karena sudah membunuh anaknya sendiri..."

Dalam hal ini saya tidak ingin menjudge mana yang salah mana yang benar. Ada baiknya kita jadikan kasus ini sebagai pembelajaran dan pengingat betapa pentingnya kita peduli dengan gangguan mental ini. Betapa pentingnya kita harus membantu seseorang yang dekat dengan kita jika dia terindikasi mempunyai penyakit mental.

Terlebih bagi ibu baru, dukungan dari orang-orang sekitar sangat diperlukan. Memang bahaya yah jika seseorang mengalami postpartum depression?

Bahaya sekali! Karena si ibu akan mengalami rasa kekhawatiran yang sangat berat dan bisa menimbulkan hal-hal di luar kendali, menyakiti bayinya sendiri bahkan bisa sampai seperti kasus di Bandung ini.

Jadi hal apa yang bisa dilakukan untuk menghindari atau menyembuhkan jika sudah terlanjur mendapatkan sindrom baby blues atau postpartum depression ini?

Bagi calon ayah dan ibu, buatlah komitmen jika nanti setelah melahirkan, akan sama-sama mengurus si buah hati. Karena mengurus anak bukan hanya kewajiban ibu saja, tetapi ayah juga. Ayah juga harus bisa menggantikan ibu seperti dalam hal memandikan, mengganti popok, dan hal lainnya. Jangan lupa untuk selalu berikan perhatian lebih juga kepada ibu.

Jika ibu merasakan jika dirinya mengalami sindrom baby blues, segera beri tahu suami supaya bisa segera diatasi. Jangan malah dibiarkan atau disepelekan sehingga sindrom tersebut akan menjadi gangguan depresi yang sangat berat atau lebih dikenal dengan postpartum depression. Jangan malu untuk komunikasi dengan suami.

Jika sudah terlanjur mengalami depresi ini, ada baiknya si ibu langsung dating ke pskiater untuk menyembuhkan depresi ini.

Berikan dukungan dan semangat untuk si ibu yang mengalami sindrom baby blues atau postpartum depression ini, jangan malah mengkritik atau malah menghakimi karena hal itu malah akan memperparah keadaan si ibu karena emosinya yang tidak seimbang. 

Hal ini pun berlaku bagi orang tua yang mempunyai anak atau menantunya yang terkena depresi ini, jangan membanding-bandingkan zaman dulu dan zaman sekarang, si kakak dan si adik, karena sesuai dengan yang saya katakan tadi di awal, setiap orang itu berbeda. Saat ini si ibu membutuhkan dukungan dan semangat bukan malah kritikan atau malah nyinyiran.

Jangan malu untuk datang ke psikiater. Yah, bagi ibu yang merasa mengalami ini, saya sarankan untuk datang ke psikiater jika dirasa depresinya semakin lama semakin berat. Juga jangan lupa harus terus berusaha untuk menyembuhkan diri sendiri dengan selalu mengingat Tuhan dan selalu bersyukur kepada-Nya.

Tugas tambahan bagi suami yang istrinya sudah mengalami hal ini. Jadilah selalu yang didepan untuk membantu sang istri, mendukungnya dan membantu untuk memberitahu orang tua dan keluarga tentang kondisi yang sedang dialami. 

Kenapa saya bisa menulis tentang hal ini? Karena saya sendiri pernah mengalami sindrom baby blues dan bahkan bisa dibilang sampai postpartum depression. Cerita ini pernah saya tulis juga di sini. Dan Alhamdulillah sembuh setelah saya berbicara kepada suami dan keluarga dan tidak malu untuk meminta bantuan kepada mereka.

Teman saya juga pernah mengalami postpartum depression yang bisa dibilang sangat parah karena dia terkadang berhalusinasi jika dia sedang menyakiti bayinya dengan cara yang sadis. Dan Alhamdulillahnya teman saya pun tersadar dan memberitahukan kepada suaminya tentang keadaannya dan langsung bertemu dengan psikiater.

Yah dalam hal ini, komunikasi, kerja sama, rasa kepedulian dan perhatian bisa menjadi faktor untuk menghindari dan menyembuhkan sindrom baby blues dan postpartum depression ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun