Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberi Recehan Pak Ogah, Mengapa Ogah?

27 Maret 2021   04:45 Diperbarui: 27 Maret 2021   05:33 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu problem harian berlalu lintas yaitu saat hendak keluar dari gang menuju jalan raya atau sebaliknya.

Tentu saja pijakan tulisan ini adalah berlalulintas di perkotaan. Untuk di pedesaan yang relatif masih belum pada lalu lintas sih, nyaman-nyaman saja.

Eh, iya kembali pada problem berlalu lintas. Karena lalu lintas begitu padat, maka di titik-titik jalan tertentu terdapat Pak Ogah (sebutan untuk orang yang membantu menyeberangkan jalan / mengatur arus lalu lintas - bukan polisi).

Di kota kami, Pak Ogah itu banyak sekali tersebar di banyak titik jalan terutama di pertigaan dan perempatan jalan yang tidak ada traffic light dan tidak ada polisi bertugas di sana.

Pak Ogah ini biasanya menggunakan peluit dan tongkat sebagai senjata untuk menghentikan kendaraan dan atau mempersilakan kendaraan untuk berjalan ( menyeberang) di pertigaan / perempatan. Alat lain yang dibawa biasanya kardus kecil untuk meminta uang jasa penyeberangan atau sedekah sekadarnya.

Disebut Pak Ogah karena seperti Pak Ogah, tokoh dalam serial film si Unyil. Tokoh Pak Ogah mau menolong orang lain kalau diberi cepek (seratus rupiah). Dikit dikit bilang, "Cepek dulu, dong!" hi hi hi.

Kembali lagi ke Pak Ogah pertigaan jalan.
Bagaimana keberadaan mereka, ya? Ada dua pandangan terhadap keberadaan Pak Ogah. Sebagian orang memandang negatif, dan sebagian lagi memandang positif.

Pandangan Negatif

Orang yang memandang negatif memiliki beberapa alasan:

1) Pak Ogah asal meminta uang.
Tidak semua Pak Ogah demikian, tetapi memang ada.  Lalu lintas sedang sepi pun ia menodongkan kardus meminta recehan. Hal ini kadang menjengkelkan bagi pengendara yang sedang buru-buru dan tidak siap dengan uang recehan.

2) Pak Ogah menghambat laju kendaraan. Kadang-kadang ada Pak Ogah yang (entah kalau itu politik) sengaja menghentikan kendaraan dari satu arah meskipun tidak terlalu padat. Hanya beberapa detik saja, kendaraan jadi menumpuk. Dan itu kesempatan untuk Pak Ogah mempersilakan kendaraan berjalan sekaligus Pak Ogah menjalankan aksinya menodongkan kardus sumbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun