Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Memberi Recehan Pak Ogah, Mengapa Ogah?

27 Maret 2021   04:45 Diperbarui: 27 Maret 2021   05:33 318 15
Salah satu problem harian berlalu lintas yaitu saat hendak keluar dari gang menuju jalan raya atau sebaliknya.

Tentu saja pijakan tulisan ini adalah berlalulintas di perkotaan. Untuk di pedesaan yang relatif masih belum pada lalu lintas sih, nyaman-nyaman saja.

Eh, iya kembali pada problem berlalu lintas. Karena lalu lintas begitu padat, maka di titik-titik jalan tertentu terdapat Pak Ogah (sebutan untuk orang yang membantu menyeberangkan jalan / mengatur arus lalu lintas - bukan polisi).

Di kota kami, Pak Ogah itu banyak sekali tersebar di banyak titik jalan terutama di pertigaan dan perempatan jalan yang tidak ada traffic light dan tidak ada polisi bertugas di sana.

Pak Ogah ini biasanya menggunakan peluit dan tongkat sebagai senjata untuk menghentikan kendaraan dan atau mempersilakan kendaraan untuk berjalan ( menyeberang) di pertigaan / perempatan. Alat lain yang dibawa biasanya kardus kecil untuk meminta uang jasa penyeberangan atau sedekah sekadarnya.

Disebut Pak Ogah karena seperti Pak Ogah, tokoh dalam serial film si Unyil. Tokoh Pak Ogah mau menolong orang lain kalau diberi cepek (seratus rupiah). Dikit dikit bilang, "Cepek dulu, dong!" hi hi hi.

Kembali lagi ke Pak Ogah pertigaan jalan.
Bagaimana keberadaan mereka, ya? Ada dua pandangan terhadap keberadaan Pak Ogah. Sebagian orang memandang negatif, dan sebagian lagi memandang positif.

Pandangan Negatif

Orang yang memandang negatif memiliki beberapa alasan:

1) Pak Ogah asal meminta uang.
Tidak semua Pak Ogah demikian, tetapi memang ada.  Lalu lintas sedang sepi pun ia menodongkan kardus meminta recehan. Hal ini kadang menjengkelkan bagi pengendara yang sedang buru-buru dan tidak siap dengan uang recehan.

2) Pak Ogah menghambat laju kendaraan. Kadang-kadang ada Pak Ogah yang (entah kalau itu politik) sengaja menghentikan kendaraan dari satu arah meskipun tidak terlalu padat. Hanya beberapa detik saja, kendaraan jadi menumpuk. Dan itu kesempatan untuk Pak Ogah mempersilakan kendaraan berjalan sekaligus Pak Ogah menjalankan aksinya menodongkan kardus sumbangan.

Bagi, pengendara yang ingin cepat berjalan karena suatu keperluan mendesak, hal di atas itu tadi menggemaskan sekali.

3) Pak Ogah 'bertugas' dengan jam suka-suka. Terkadang lalu lintas sepi, Pak Ogah tetap beraksi mengatur lalu lintas. Tetapi terkadang terjadi sebaliknya. Saat jam sibuk, lalu lintas sangat ramai tetapi Pak Ogah malah istirahat, duduk sambil menghitung recehan yang sudah terkumpul. Ia tak peduli lalu lintas di pertigaan sedang krodit.

Begitulah Pak Ogah. Tidak bisa disalahkan sebab memang tak ada yang mengatur 'jam dinas' Pak Ogah. Ia mengawali kerja sendiri dan mengakhirinya saat dia mau. He he he tak bisa disalahkan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun