Mohon tunggu...
Imanuel  Tri
Imanuel Tri Mohon Tunggu... Guru - Membaca, merenungi, dan menghidupi dalam laku diri

di udara hanya angin yang tak berjejak kata. im.trisuyoto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memberi Recehan Pak Ogah, Mengapa Ogah?

27 Maret 2021   04:45 Diperbarui: 27 Maret 2021   05:33 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4) Pak Ogah bekerja tidak sekadar meminta. Sekalipun tidak ada yang mempekerjakan Pak Ogah tetapi harus diakui bahwa Pak Ogah bekerja untuk orang lain. Jadi, Pak Ogah tidak sekadar mengemis di pertigaan jalan.

Ia dengan kesadaran penuh, ambil resiko di jalan yaitu mengatur kendaraan yang berseliweran dari segala arah. Jika tak waspada dan berhati-hati bisa-bisa dirinya  tertabrak atau tersenggol kendaraan yang terkadang susah di atur.

Jadi, Pak Ogah tidak asal meminta seperti  peminta-minta.

Gbr. Megapolitan-Kompas.com
Gbr. Megapolitan-Kompas.com
Simpulan Pandangan

Dari dua pandangan tersebut, nyatanya keberadaan Pak Ogah masih lebih condong ke positif. Artinya Pak Ogah itu memang dibutuhkan oleh para pengendara terutama yang mengalami kesulitan berbelok atau menyeberang.  

Pak Ogah sungguh tidak menghambat perjalanan Anda. Kalau ada yang merasa terhambat, itu hanya orang-orang yang terburu-buru saja. Dan saya beritahu ya, sekalipun terburu-buru Anda harus tetap berhati-hati  di pertigaan - tempat Pak Ogah bekerja itu.

Bagi pengendara yang pemberani dan sedikit ngawur he he he, menyeberang di pertigaan itu bukan sesuatu masalah. Tinggal maju sedikit, maju sedikit, terus bablas nyeberang gitu saja. Iya, kan?

Namun, bagi pengendara yang tidak punya nyali,  sungguh Pak Ogah itu sangat berarti. Jika tidak ada Pak Ogah yang beraksi, seorang pengendara tanpa nyali bisa menunggu hingga beberapa menit.

Dan itu juga akan menimbulkan masalah baru. Sebab jika yang tidak bernyali itu mobil, maka antrian di belakang akan mengomel dengan bunyi klakson bersautan.

Jadi, bagaimana masih ogah memberi recehan kepada Pak Ogah? Kebangetan betul jika masih menggerundel-i, Pak Ogah. La, mau apa lagi, sih!

Tarifnya bebas sebebas-bebasnya. Bahkan tidak memberi pun, tidak mungkin dikejar oleh Pak Ogah. Percaya deh, pada saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun