Mohon tunggu...
Imanuel Lopis
Imanuel Lopis Mohon Tunggu... Petani - Petani

Petani tradisional, hobi menulis.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Akibat Ibu-Ibu Menakuti Anaknya

22 Februari 2023   19:57 Diperbarui: 22 Februari 2023   20:00 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak ketakutan. Gambar: istockphoto.com

Pada waktu magrib kemarin saya jalan-jalan di ibu kota kecamatan kami. Suasana sepi dan sudah mulai gelap. Saat tiba di depan ruko, tampaknya ada seorang ibu dan anaknya yang berumur sekitar 3 tahun. Sang ibu duduk di emper ruko dan menghadap ke jalan raya sedangkan anaknya berdiri menghadapnya.

Ketika sampai di depan mereka, anak itu menoleh ke arah saya. Dia spontan bergerak cepat ke pangkuan ibunya. Dia merangkul erat leher ibunya dan melirik ke arah saya dengan wajah ketakutan.

Mengapa anak itu ketakutan ketika melihat saya? Saat itu saya memakai topi hitam dan jaket hitam. Jangan sampai dia mengira kalau saya adalah setan atau penculik anak?

Saya pun berpikir dalam hati, ketakutan anak itu mungkin akibat dari ibunya yang biasa menakutinya. Saat anak itu melihat saya, dia mengira saya akan menangkap atau menculiknya sehingga ketakutan luar biasa.

Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, para orang tua khususnya ibu-ibu biasa menakuti anaknya. Mereka menakuti anak dengan sosok seperti hantu, kuntilanak, binatang buas, penjahat, orang gila, polisi, dokter, tentara, dll. Ibu-ibu yang sering menakuti anaknya karena merekalah yang sering bersama si kecil. Sementara bapak-bapak kebanyakan sibuk mencari nafkah.

Dulu waktu saya masih berambut gondrong keriting, banyak ibu-ibu sering menakuti anaknya dengan sosok saya ini ketika ada di dekat mereka. Ada ibu-ibu menakuti anaknya bahwa saya adalah penjahat atau orang gila yang biasa menangkap anak-anak. Misalnya ada ibu yang bilang ke anaknya, "Jangan menangis. Itu orang (rambut gondrong) nanti tangkap anak kecil yang menangis".

Mengapa ibu-ibu suka menakuti anaknya dengan suatu sosok? Jawabannya karena sang ibu tidak mampu mengatasi anaknya yang rewel atau tidak menurutinya. Alhasil sang ibu harus menakuti anaknya agar tenang atau menurutinya.

Menakuti anak seperti itu ternyata memiliki dampak buruk bagi anak. Si anak bisa takut berlebihan terhadap orang yang asing bagi dia. Walaupun orang tersebut baik, anak tetap saja bisa ketakutan. Seperti pada cerita di awal tentang anak yang sangat ketakutan ketika melihat saya. Ketika ada orang melintas saja di depan rumah, anak yang melihatnya bisa ketakutan dan lari tunggang langgang untuk bersembunyi.

Dampak negatif berikutnya adalah anak akan ketakutan terhadap orang dengan ciri atau profesi tertentu. Kalau orang tua menakuti anak dengan lelaki rambut gondrong, dia akan ketakutan ketika melihat orang dengan rambut gondrong. Kalau orang tua menakuti anak dengan polisi atau tentara, dia akan ketakutan ketika melihat mereka.

Menakuti anak juga akan membuat dia selalu takut saat hendak membuat sesuatu. Mau ke sini takut, mau ke sana juga takut. Imajinasi anak penuh dengan ketakutan karena orang tua sering menakutinya. Anak pun selalu membutuhkan kehadiran orang tua seperti ibunya agar tidak takut. Ketika mulai bersekolah, ibunya bisa-bisa harus ikut duduk di kelas mendampingi si anak yang penakut itu.

Akibat lain menakuti anak oleh ibunya adalah dia memandang sang ibu sebagai sosok yang "lemah". Ibunya tidak mampu mengatasi dia sehingga harus menakut-nakutinya. Anak pun bisa suka rewel dan membuat drama ketika bersama ibunya. Anak juga bisa tidak mau menuruti ibunya untuk makan dan sebagainya.

Saat menangani seorang anak yang rewel, ibu-ibu seharusnya tidak perlu menakutinya. Alangkah baiknya jika memberi penjelasan yang masuk akal kepada anak jika dia tidak mau melakukan sesuatu. Contohnya, jika anak tidak mau mencuci tangan yang kotor, beritahu dia bahwa kotoran di tangan mengandung kuman. Kalau mencuci tangan, kuman akan mati dan tidak masuk ke dalam tubuh.

Dalam menangani anaknya, ibu-ibu juga harus bersikap dengan bijak dan kreatif. Kalau anak tidak mau makan, sang ibu bisa mengolah makanan sedemikian rupa sehingga dia senang untuk makan. Kalau anak menangis, sang ibu bisa mengalihkan perhatiannya dengan mainan, dst. 

Sayang kalau ibu-ibu sampai harus menakuti anaknya bahkan dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi para ibu. Salam!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun