Mohon tunggu...
Iman Haris M
Iman Haris M Mohon Tunggu... Freelancer - Loper Koran

Semua penulis akan mati

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Surat untuk Amerika dan Kegelisahan Bung Besar di Era Post-Truth

17 November 2023   17:02 Diperbarui: 17 November 2023   17:11 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel "1984" karya George Orwell (Foto: Pribadi)

"Untuk siapakah, tiba-tiba terpikir dan tertanyakan sendiri olehnya, buku harian ini dia tulis? Untuk masa depan, untuk yang belum lahir."

(George Orwell, 1984)

Lebih dari dua puluh tahun yang lalu Osama bin Laden menulis sepucuk surat, "a Letter to America." Harian the Guardians mempublikasikannya pada 24 November 2002.

Tak banyak orang yang menaruh perhatian pada surat tersebut saat itu. Tentu tidak banyak berpengaruh juga terhadap persepsi mereka atas sokongan penuh pemerintah AS kepada Israel yang mengakibatkan krisis kemanusiaan di Palestina dan keterlibatan negara Paman Sam itu dalam banyak konflik lainnya di berbagai belahan dunia.

Pesan dalam surat itu seolah hanya sampai kepada sedikit kalangan intelektual AS yang memang telah lama bersikap kritis terhadap kebijakan pemerintahnya, seperti Noam Chomsky, Norman Finkelstein, Ron Paul dan segelintir aktivis kemanusiaan.

Dua dekade berlalu, surat itu akhirnya sampai kepada publik Amerika melalui Tiktok, dan viral di banyak platform media sosial lainnya.

Di tengah genosida Israel atas bangsa Palestina dan kebisuan pemimpin dunia terhadap tragedi kemanusiaan itu, para Zoomers (Gen Z) Amerika membincang pesan dalam surat itu.

"Semua yang kita pelajari tentang Timur Tengah, 9/11 dan 'terorisme' adalah kebohongan," ujar @leslierae sebagaimana dikutip Time (Jumat, 16/11/2023).

Dalam video yang diunggah @samparkersenate di akun X-nya, pengguna lain mengomentari surat tersebut dan mengatakan, "di bawah kolonialisme, semua bentuk perlawanan dilabeli terorisme."

Dalam "a Letter to America", Osama, pria paling dicari oleh AS saat itu, pada dasarnya menguraikan alasan perlawanan dan penentangannya terhadap Amerika, sebuah pesan yang---meski mungkin kita tidak setuju dengan pilihannya---merupakan sebuah peringatan atas arogansi AS dan invervensinya di banyak negara dan masyarakat di dunia.

Pesan dari 20 tahun yang lalu itu kini seolah mendapatkan pendengarnya. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini telah membongkar kunci pintu informasi yang selama ini dimonopoli oleh para Bung Besar penguasa media.

Steve Tesich, penulis drama berkebangsaan Amerika-Serbia, menyebutnya sebagai sebuah "dunia post-truth," ketika masyarakat tak harus lagi selalu mengamini 'narasi kebenaran' versi penguasa.

Sebuah gagasan yang kemudian diserang habis-habisan dan didegradasi maknanya oleh para penjaga monopoli kebenaran sebagai sebuah kebohongan dan irasionalitas.

Di era disrupsi media ini, Bung Besar---para penguasa pengendali pikiran---harus berjibaku mempertahankan monopoli mereka atas informasi dan kesadaran. The Guardians segera menghapus dokumen "Surat kepada Amerika" itu dengan alasan "telah disebar luaskan di media sosial tanpa konteks seutuhnya," meski situs pengarsipan internet---Web Archive---masih sempat menyimpannya.

Langkah the Guardians kemudian diikuti pengelola aplikasi Tiktok, video-video itu kini menghilang. "Konten yang mempromosikan surat ini jelas melanggar aturan kami," kutip Reuters (17/11/2023).

Perang atas hashtag pun dilancarkan, tagar #LettertoAmerica dilenyapkan dari jangkauan warganet; Bung Besar mulai gelisah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun