Mohon tunggu...
Iman Agung Silalahi
Iman Agung Silalahi Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar hidup sehat holistik

Selalu merasakan sebuah kebahagiaan tersendiri saat mitra kerja atau sahabat berhasil menemukan inspirasi dan keyakinan diri untuk mencapai apa yang diimpikannya. Tertarik menjadi pembelajar hidup sehat holistik sejak Februari 2021 setelah resmi menyandang status penderita diabetes tipe 2.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kelola Gejala Diabetes dengan "Intermittent Fasting"

31 Maret 2021   11:49 Diperbarui: 31 Maret 2021   15:41 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Bayangkan, bagaimana dampak penyakit diabetes ini terhadap kondisi keuangan dan ekonomi keluarga penderita diabetes dan tentunya juga terhadap negara. Berapa besar biaya yang harus dikeluarkan hanya untuk mengobati pasien-pasien penyakit diabetes dan komplikasinya?

Data dari Jaminan Kesehatan Nasional menunjukkan bahwa klaim yang berkaitan dengan penyakit diabetes dan komplikasinya pada tahun 2016 mencapai 30% dari total seluruh klaim yang diperkirakan sebesar Rp 20 trilyun. Padahal, jumlah penderita diabetes pada tahun 2016 baru sekitar 10 juta orang. Karena itu, coba bayangkan betapa semakin besarnya biaya klaim untuk penatalaksanaan diabetes dan komplikasinya pada tahun 2021 ini, apalagi nanti di tahun 2045.

Andaikan saja jumlah penderita diabetes atau biaya klaim untuk penatalaksanaan diabetes dan komplikasinya bisa ditekan sebesar 10% saja, coba bayangkan berapa banyak penghematan yang bisa dilakukan. Tentu akan ada banyak tambahan dana yang bisa tersedia untuk bidang-bidang lain yang membutuhkan, seperti misalnya: pendidikan, tanggap darurat bencana, dan sebagainya.

Makanya, edukasi secara gencar dan berkesinambungan tentang diabetes kepada orang-orang yang benar-benar masih sehat dan merasa masih sehat adalah hal yang sangat penting dan diperlukan. Kesadaran tentang perkembangan dan bahaya penyakit diabetes perlu diberikan kepada setiap orang, termasuk kepada mereka yang benar-benar masih sehat, apalagi kepada mereka yang hanya merasa masih sehat. Jangan sampai terlambat.

Proses perkembangan. penyakit diabetes

Orang awam mungkin hanya mengerti bahwa diabetes adalah penyakit yang disebabkan oleh karena lebih banyak makan daripada gerak badan. Karena banyak makan dan kurang gerak badan, maka kadar glukosa darah mengalami kenaikan. Sesederhana begitu? Eiittt...tunggu dulu! Kelilhatannya saja sederhana. Padahal, proses perkembangan penyakit diabetes adalah sangat ribet lho.

Dr. Stanley S. Schwartz dkk (Diabetes Care Vol. 39 tahun 2016) menunjukkan sebelas organ dalam tubuh ('Egregious Eleven') yang berperan terhadap perkembangan penyakit diabetes. Kesebelas organ tersebut adalah: 1) Sel beta pankreas; 2) Sel alfa pankreas; 3) Sel lemak; 4) Sel otot; 5) Hati; 6) Otak; 7) Usus besar/mikrobiota; 8) Usus halus; 9) Ginjal; 10) Lambung; 11) Sistem imun. Hmmm.., bagaimana? Kebayang gak ribetnya proses perkembangan diabetes?

Tapi setelah saya pikir-pikir, kita yang orang awam ini gak perlulah sampai harus memahami secara mendetail proses perkembangan penyakit diabetes yang memang sangat kompleks itu. Proses detail dan kompleks biarlah dipahami oleh kalangan medis saja. Mereka memang profesional pada bidang itu. Saya pikir orang awam cukup perhatikan dua hal penting saja sehubungan dengan penyakit yang disebut juga sebagai penyakit kencing manis ini:

1. Bagaimana agar orang-orang yang masih sehat atau masih merasa sehat bisa sadar diri untuk jangan sampai terlena dan terbuai oleh rayuan dan pelukan si 'manis'.

2. Bagaimana agar para diabetesi yang memang sudah jatuh menjadi korban pelukan si 'manis' bisa memahami tujuan pengobatan diabetes.

Tujuan pengobatan diabetes

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun