Mohon tunggu...
Imaculata Budi Setyawati
Imaculata Budi Setyawati Mohon Tunggu... Penulis - Alumni Sarjana Manajemen Universitas Katolik Widya Karya Malang 2022

Perempuan bernama Imaculata Budi Setyawati, S.M. lahir di Malang, 12 Februari 2000, Seorang penulis buku judul “Kesadaran Cinta Aksara “dan blog "berkenalan bersama kawan semua" dengan status alumni Universitas Katolik Widya Karya Malang Sarjana Manajemen tahun 2022. Karya puisi telah termuat di beberapa buku antologi bersama salah satunya dengan judul Apa Kabar Indonesia Penerbit Catur Media Gemilang , Diri sendiri untuk bangkit, Sayap Merpati dalam Awan dari penerbit Meta, Warna Suasana Hati dari penerbit EMN Media. Hobi yaitu menyanyi dan menulis serta travelling.

Selanjutnya

Tutup

Seni

Ludruk : Kesenian Rakyat

22 Januari 2024   01:50 Diperbarui: 22 Januari 2024   13:25 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar :Laman Indonesuakaya.com

Sudah banyak seni asli Indonesia yang kadang membuat generasi X,Y sampai Z bingung akan seni apa saja yang ada di Indoneisa, hal ini terjadi karena banyak seni dari luar negeri yang selalu terlihat "wao" daripada seni budaya kita sendiri. Penasaran kan dengan apa itu Ludruk ? dan dari mana asal mulanya ? Yuk simak penjelasan nya.

Sejarah : Kesenian ini berasal dari kata Ludruk, Jawa Timur basa Jawa ngoko yang berarti "badut".

Ludruk memiliki arti etimologis yang berasal dari berbagai informasi terkait. Istilah ludruk berasal dari tokoh seniman dan budayawan ludruk. Selain itu menurut informasi etimologisnya menggambarkan dari kata ludruk berasal dari kata molo-molo dan gedrak-gedruk. Molo-molo berarti mulut penuh tembakau sugi (dan kata "molo", adalah tindakan berbicara dengan sugi masih di mulut pembicara), aktivitas seolah-olah ingin di muntah, dan kemudian menyanyikan lirik, bernyanyi, berdialog. Sedangkan gedrak-gedruk berarti kakinya menginjak (menghentak-hentak) saat menari di atas pentas.

Awalnya, ludruk tetap dalam bentuk lerok, sebuah kesenian yang berasal dari pengamen yang mendapat tepuk tangan meriah dari penonton. Acara ini terus dikenal karena sering diundang ke pesta pernikahan atau pesta rakyat. Sebelum acara di mulai akan diawali dengan upacara persembahan.

Persembahan berupa.menghormati empat arah utama atau empat kiblat, kemudian pertunjukan dimulai. Untuk pemain utama memakai topi turki warna merah, tanpa baju putih lengan panjang dan celana hitam Dari situlah akronim "Mbekta maksud" mulai berkembang, mengambil makna pesan hidup yang disampaikan dalam cerita lerok. Pesan dalam cerita lerok akhirnya mengubah nama "lerok" menjadi "lerok besut", artinya "Mbekta".

Kemudian istilah lerok mulai berubah menjadi ludruk. Istilah ludruk sendiri lebih umum di masyarakat, sehingga membagi istilah lerok menjadi lerok dan ludruk. Istilah lerok dan ludruk terus hidup berdampingan semenjak kemunculannya di kalangan masyarakat. Masyarakat dan seniman yang mendukung kesenian ini akhirnya lebih condong memilih istilah ludruk. Cak Durasim mendirikan Organisasi Ludruk (LO). LO ini menampilkan pertunjukan ludruknya yang jenaka,serta sangat terkenal dengan keberaniannya mengkritik pemerintah Belanda dan Jepang. Sindiran Cak Durasim merupakan ungkapan betapa pemerintah Jepang kala itu kerap memantau aktivitas masyarakat dalam segala aspek. Ludruk sebagai kesenian tradisional tidak lepas dari asuhan pemerintah Jepang. Cerita dalam pertunjukan ludruk biasanya berupa cerita tentang kehidupan sosial budaya pada masa itu. Sejarah Ludruk pada masa itu menggambarkan kehidupan masyarakat yang dijajah oleh Jepang.

Ludruk pada masa itu merupakan tempat hiburan dan informasi bagi masyarakat. Para pemain kerap menyampaikan pesan-pesan kesiapan kemerdekaan melalui kesenian ludruk, yang berpuncak pada peristiwa yang bersumber dari lantunan "jula-juli" yang semakin populer menjadi legenda ludruk. Ludruk menjadi terkenal karena lagu-lagunya, seperti "Pagupon omahe doro, melok nippon soyo sengsoro", yang akhirnya menyebabkan Cak Durasim dan kawan-kawan ditangkap dan dipenjarakan oleh Jepang.

  Sungguh luar biasa pengorbanan pemain dari ludruk hingga mau tak mau demi menghibur Masyarakat tetapi siap harus dipenjarakan. Gimana teman-teman mau tahu lebih mendalam ? silahkan baca sampai habis ya.

Ludruk sebagai salah satu bentuk pertunjukan rakyat tentunya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Salah satunya adalah Kartolo Cs, grup lawak di Surabaya yang masih eksis hingga kini dengan adat yang dikenal dengan nama Jula-Juli Kidungan. Lagu grup ini biasanya diambil dari lelucon yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Jawa Timur. Dalam pertunjukannya, Kartolo merupakan tokoh sentral atau penggerak di balik keseluruhan alur lakon. Kartolo adalah sutradara sekaligus pencipta ide dasar isi yang ingin disampaikan dalam setiap lagu. Dlam beberapa kesenian tradisional lainnya, seni pertunjukkan  ludruk lebih mengandalkan spontanitas atau improvisasi dari pelakunya. Sutradara hanya mengatur naskah secara umum. Spontanitas inilah yang menjadi ciri khas dan daya tariknya, karena mampu melahirkan guyonan khas Jawa Timur, khususnya Suroboyoan.

Banyak orang mendengar ludruk identik dengan kesenian Surabaya, padahal asal mula kesenian ini berasal dari Jombang. Loh.terus bagaimana yang benar ?... berikut penjelaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun