Mohon tunggu...
Ilyani Sudardjat
Ilyani Sudardjat Mohon Tunggu... Relawan - Biasa saja

"You were born with wings, why prefer to crawl through life?"......- Rumi -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Pabrik ini Berguguran di Era Jokowi

22 Oktober 2018   13:51 Diperbarui: 22 Oktober 2018   14:34 1324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Tanggal 20 Oktober 2018 lalu tepat 4 Tahun Jokowi menjadi Presiden. Jika dilihat dari data BPS, rata rata pertumbuhan ekonomi 5%, dan penurunan kemiskinan 1,1% dalam 4 tahun.

Dan selama Jokowi jadi Presiden betapa gencarnya mencari investor, berharap membuka pabrik dan menyerap tenaga kerja. Tetapi sayang, justru pabrik yang sudah ada dan punya.banyak tenaga kerja malah terabaikan, banyak yang tutup dan menimbulkan pengangguran baru. 

Bahkan untuk infrastruktur, selama 3 tahun era Jokowi, ada 37.000 kontraktor yang tidak dibayar atau tidak ada pekerjaan. Karena yang dipakai asing? Atau semuanya dikerjakan BUMN?

Selain itu, yang menyedihkan adalah Batam. Di pulau Batam tercatat sejak tahun 2014 hingga 2018 ada 170 pabrikyang tutup. Ditambah data January - September 2018 ada 48 pabrik yang tutup. Ini totalnya berarti 218 pabrik yang tutup. Bayangkan efeknya terhadap mata rantai ekonomi Batam mulai.dari hotel, kos kosan hingga suplai pangannya.

Dan karena regulasi cantrang yang dikeluarkan oleh Menteri Susi, 12 pabrik surimi (pasta ikan) tutup.  Cantrang yang sudah ada SNI nya ini memiliki mata rantai ekonomi yang panjang didaerah dominant nelayan, mulai dari dampak ke jutaan nelayan, hingga pabrik yang memiliki ribuan pekerja ikut kolaps.

Selain itu terdapat 20 galangan kapal yang tutup, dan lainnya sekarat. Usaha perikanan memang kolaps, termasuk ribuan UMKM budidaya ikan kerapu yang gak bisa lagi usaha karena aturan penjualan kerapu dibatasi.

Ohiya, pelemahan rupiah juga berdampak pada pelaku usaha. Banyak yang mulai melakukan efsiensi, misalnya pabrik tahu tempe, pabrik tekstil, usaha peternakan dimana pakan ternaknya 90% masih impor.

Jadi memang lesunya ekonomi terkait dengan hilangnya sumber nafkah, menganggur, kehilangan pendapatan yang selama ini jadi tumpuan. Apalagi dengan dolar yang kian meroket, beban utang pelaku usaha besar juga ikut nambah. Dan ujung ujungnya ya efisiensi, PHK, jika tidak ingin menaikkan harga dan kehilangan konsumen.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun