Mohon tunggu...
Ilya Ainur
Ilya Ainur Mohon Tunggu... Guru - Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

saya ingin menulis lagi dan terus menulis sampai akhir

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Istimewa

11 Oktober 2019   10:29 Diperbarui: 11 Oktober 2019   11:24 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Demi sebuah rasa. Untuk tebus rasa dahaga. Menebus semua rasa-rasa. Menyusuri desa demi desa . Hingga sampai di sebuah kota. Setelah lama tidak saling sapa. Setelah lama hanya bergumam. Bertanya kapan jumpa. Akhirnya waktu itupun tiba. Saling menatap kembali. Setelah sekian lamanya. Bersisian berjalan menyusuri. Berdampingan bersantai menikmati.

Dinginnya malam bersama gemerlapan. Cahaya lampu yang indah tiada tandingan. Menatapnya malu-malu. Di tengah keramaian. Keindahan itu tak terusik. Oleh segerombolan orang. Yang tidak diam memotret di sana dan sini. Memamerkan kepada halayak. Bahwa sedang bertamasya bersama orang terkasih. Diselimuti malam bertaburan bintang. Kini hari-hari menjadi indah.

Menyongsong hari lainnya. Yang bagaikan misteri tak ada tahu bagaimana. Hanya menyelipkan harap pada desiran angin malam. Sekiranya dapat kabulkan dan menyimpan. Hingga nanti kembali bersama di dalam hati yang temaram. Lampu kota di jalanan. Menjadi saksi betapa takjubnya. Akan ramah dan indahnya.

Sebuah kota istimewa. Banyak orang rela berbondong. Mengunjunginya. Banyak orang dengan bahagia. Menikmatinya.

Wahai kota Yogyakarta. Akan selalu menjadi bahagiaku. Bersama sang terkasih menatap langitmu. Di tengah jalanan. Berdendang sebuah musik nan gemerlapan. Orang-orang berjoged tiada peduli. Yang diketahui hanya menikmati.

Hentakan musik-musik. Keesokan nya. Menyusuri jalanan panjang nan menanjak. Menuju sebuah tempat berjejer payung-payung berwarna. Duduk lagi bersampingan. Diterpa angin kencang.


Mencium bau air di lautan. Sungguh air kelapa melepaskan dahaga. Sungguh pertemuan melepaskan kerinduan. Semakin sore langitnya berubah. Menjadi lautan oranye nan memanjakan mata. Senja siap menggantikan cerahnya langit dengan gelap. Tak hanya orang-orang itu. Akupun memotret memamerkan. Ku akhiri kisahku dengan Yogya. Tenggelam kisahnya bersama senja.

Terkenang selalu di dalam sanubari terdalam.  Merindukan hadirnya kembali . Karena keindahannya. Bersama Yogya dan keindahan senjanya. Bersama dia terkasih bersemayam dalam dada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun