Mohon tunggu...
ILMPI Wilayah IV
ILMPI Wilayah IV Mohon Tunggu... Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia Wilayah IV

Menyajikan kumpulan artikel seputar psikologi yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuan (BPPK) dari ILMPI Wilayah IV, D.I. Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Para Calon Ayah, Yuk Baca Artikel Ini Sampai Tuntas!

9 Oktober 2025   21:52 Diperbarui: 9 Oktober 2025   21:52 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Ibu Hamil (Sumber: Halodoc)

#PsychologySays: Suami berperan besar dalam mencegah postpartum blues pada ibu baru. Benarkah?

Kehamilan, persalinan, dan masa nifas adalah suatu rantai kehidupan dalam perkembangan manusia yang tak dapat dihindari oleh seorang ibu. Tahukah Sobat Kompasiana? Menurut Rubin (1961), pascapersalinan, umumnya ibu mengalami 3 fase adaptasi psikologis, yakni: 

1) fase taking in: umumnya terjadi di hari pertama dan hari kedua pascapersalinan, ditandai dengan ibu yang memfokuskan perhatian pada dirinya sendiri, nafsu makan ibu meningkat, dan ibu cenderung pasif pada lingkungannya.

2) fase taking hold: umumnya berlangsung sejak hari ke-3 hingga hari ke-10 pascapersalinan, ditandai dengan ibu yang kerapkali merasakan kekhawatiran dan kecemasan dari pikiran negatifnya sendiri.

3) fase letting go: umumnya berlangsung setelah 10 hari melahirkan, ditandai dengan penerimaan tanggung jawab ibu akan peran barunya.

Akan tetapi, ketiga fase ini belum tentu dapat terlewati sepenuhnya dengan lancar jaya, lho, Sobat Kompasiana! Pascapersalinan yang seharusnya disambut dengan penuh kebahagiaan karena lahirnya anak dalam suatu keluarga justru bisa berdampak sebaliknya apabila ibu gagal melewati fase taking hold dengan baik dan membuat Ibu dapat mengalami postpartum blues. Menurut World Health Organization (WHO), rasa depresi yang muncul pada periode postpartum terjadi tiga kali lebih hebat dari periode lainnya di dalam kehidupan seorang perempuan. Penelitian yang datang dari Nova dan Zagoto (2020) mengungkap fakta bahwa 50%-70% ibu di dunia pernah mengalami postpartum blues. 

Omong-omong soal semua ini, postpartum blues itu sebenarnya apa, sih?

Postpartum blues pada ibu umumnya ditandai dengan memuncaknya emosi, perasaan sedih, panik, cemas, dan overthinking yang tak terkendali, mengalami penurunan gairah seksual, lebih tidak sabar hingga mudah tersinggung, bahkan dapat pula menyebabkan gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Selain itu, kecemasan ibu cenderung terarah pada perasaan kurang percaya diri terhadap kemampuannya sebagai ibu, takut tidak mampu menyayangi dan merawat bayinya dengan baik, serta takut tak lagi memiliki daya tarik bagi suaminya. Intinya, kalau dalam lingkungan sehari-hari, postpartum blues ini biasa kita sebut dengan baby blues syndrome, Sobat Kompasiana!

Lantas, solusinya apa, dong?!

Well, sebagai seorang pasangan, perlu dipahami bahwa suami menjadi pusat sumber dukungan yang dibutuhkan oleh istrinya. Dukungan dan validasi dari pasangan dapat meningkatkan sense of belongingness dan sense of security serta menurunkan perasaan negatif pada pasangannya. Dukungan suami pada istrinya di masa postpartum dapat menghasilkan kepuasan dalam hidup yang selanjutnya dapat menghilangkan kekhawatiran sang ibu terhadap masa depannya dan masa depan bayinya. Karena itulah, bentuk cinta, perhatian, dukungan, dan bantuan dari suami baik secara verbal maupun nonverbal diharapkan akan melahirkan secercah harapan bagi istri bahwa bayinya akan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun