Mohon tunggu...
Ilmi Fauziyah
Ilmi Fauziyah Mohon Tunggu... Mahasiswi/Pelajar

Saya Mahasiswi jurusan kimia UIN bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

"Dissolved Oxygen (Oksigen terlarut) : Nafas kehidupan di dalam air"

25 Mei 2025   10:00 Diperbarui: 25 Mei 2025   10:54 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ikan mati massal di Danau Maninjau (Sumber : https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/04/30/ikan-mati-di-danau-maninjau_169.jpeg?w=400&q=90))

Seperti halnya manusia yang butuh oksigen untuk bernafas, makhluk hidup di air pun membutuhkan oksigen. Yang membuat berbeda adalah mereka tidak menghirup udara seperti manusia, tetapi bergantung pada oksigen yang terlarut dalam air, yang disebut dengan oksigen terlarut atau dikenal dengan Dissolved oxygen (DO). 

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Air dan Air Limbah, Dissolved Oxygen (DO) atau oksigen terlarut merupakan jumlah miligram oksigen yang terlarut dalam air atau air limbah yang dinyatakan dengan miligram oksigen per liter (mg O/L). Oksigen-oksigen yang larut dalam air tersebut digunakan oleh makhluk hidup dalam air umumnya ikan, untuk bernafas. Bukan berupa gelembung udara, tapi tersebar diantara molekul-molekul air. Jadi, bisa dikatakan bahwa DO merupakan "nafas" bagi kehidupan di air.

DO menjadi salah satu parameter kualitas air yang penting dalam menentukan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Umumnya konsentrasi DO di suatu perairan akan bersifat sementara atau musiman dan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Jika kadar DO dalam suatu perairan bersifat rendah, maka akan membuat makhluk hidup dalam perairan tersebut stres bahkan mati. Berdasarkan standar baku mutu yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan standar untuk DO dalam perairan budidaya ikan dengan batas minimalnya adalah 4 ppm. Semakin tinggi angka DO maka semakin bagus kualitas air tersebut. 

Beberapa faktor yang bisa menurunkan kadar DO adalah : Suhu air yang panas, Adanya limbah baik itu limbah rumah tangga atau industri, dan kurangnya sirkulasi sehingga air yang mengalir mempunyai kadar DO yang lebih banyak. 

(Ikan mati massal di Danau Maninjau (Sumber : https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/04/30/ikan-mati-di-danau-maninjau_169.jpeg?w=400&q=90))
(Ikan mati massal di Danau Maninjau (Sumber : https://akcdn.detik.net.id/visual/2021/04/30/ikan-mati-di-danau-maninjau_169.jpeg?w=400&q=90))

Salah satu dampak dari menurunnya kadar DO adalah ikan mati secara massal. Peritiwa tersebut pernah terjadi di Danau Maninjau, Sumatera Barat, dengan jumlah ikan yang mati mencapai 75 ton akibat kekurangan oksigen setelah angin kencang disertai hujan tinggi.

Dari adanya peristiwa tersebut, maka diperlukan langkah kecil untuk bisa tetap menjaga kadar DO yaitu dengan cara untuk tidak membuang limbah ke saluran air, memilih sesuatu yang ramah lingkungan untuk mendukung program pelestarian lingkungan.

Referensi : 

  1. Badan standarisasi Nasional, (2004), Standarisasi Nasional Indonesia (SNI) 06-6989.14-2004 tentang Cara Uji Oksigen Terlarut Secara Yodometri (modifikasi azida), Badan Standarisasi Nasional, Jakarta.
  2. Mantayborbir V., Indrayani E., Bukit E.A.B., (2023), Daya Dukung Kualitas Air Harian Untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dalam kolam budidaya di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Koya Barat Distrik Muara Tami Kota Jayapura, Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan Papua, Vol. 6, No. 2, Hal. 100-105, Waena.
  3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
  4. Sutisna, A., (2018), Penentuan Angka Dissolved Oxygen (DO) Pada Air Sumur Warga Sekitar Industri CV. Bumi Waras Bandar Lampung. Jurnal Analisis Farmasi. Vol. 3, No. 4, Hal. 246-251, Bandar Lampung.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun