Mohon tunggu...
Ilham Sinatrio
Ilham Sinatrio Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Pemula

Seorang pelajar yang mencintai olahraga dan suka membaca segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan serta mulai tertarik pada dunia tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Makna di Balik Permainan Sepak Bola Plastik

22 Juni 2019   09:00 Diperbarui: 22 Juni 2019   21:16 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tendang & Gol (indosport.com)

Selain itu, selain animo sesuatu yang menarik dari permainan sepakbola plastik ini adalah para pemain berlagak seolah-olah bermain sangat mirip dengan idolanya. 

Mulai dari memakai jerseynya, caranya menendang, dan yang paling penulis sukai adalah ketika menirukan gaya selebrasi usai mencetak gol. Wah...untuk hal ini penulis juga sering melakukannya, dahulu saya sering menirukan selebrasi Bambang Pamungkas ketika usai mencetak gol dengan menaruh jari telunjuk ke mulut kemudian mengangkatnya keatas. 

Selain itu, saya juga pernah menirukan gaya Bebeto (Legenda Brasil) yang identik dengan selebrasi mengayunkan tangan seolah menggendong bayi. Saya melakukan selebrasi ini setelah melihat selebrasi Bebeto di kliping Piala Dunia 1994 milik ayah saya.

Ya itulah beberapa hal menarik seputar dunia persepakbolaan di kampung dimana kala itu sepakbola adalah pelampiasan dalam melakukan kesenangan yang jujur tanpa adanya pengaturan hasil pertandingan dan merupakan sarana menghibur diri sebelum adanya "invasi" teknologi.  

Untuk saat ini memang masih ada segelintir anak di kampung-kampung yang masih melakukan "ritual" tersebut meski jumlahnya sudah tak sebanyak dulu dan itupun sudah dicampuri teknologi dalam pelaksanannya seperti ajakan mengumpulkan pemain menggunakan ponsel. 

Berbeda pada jaman saya meski tanpa ponsel, namun teman-teman tetap tahu dimana kita harus berkumpul dan pada pukul berapa pertandingan harus digelar.

Memang adakalanya kita harus bernostalgia dengan permainan yang dahulu kita mainkan dengan bersih tanpa unsur pengaturan dan politik. Tetapi, ada hal yang harus juga kita pelajari dari pengalaman itu jadikanlah hal itu sebagai sebuah "ritual budaya" pada generasi penerus agar sebuah permainan yang sangat merakyat itu tetap eksis meski dihimpit oleh teknologi dan perkembangan SSB yang pesat bak jamur di musim hujan. Memang kita saat ini mampu untuk membeli hingga 10 bola plastik, tetapi kita tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaannya.

Blitar, 22 Juni 2019

Ilham Sinatrio Gumelar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun