Mohon tunggu...
Ilham Pasawa
Ilham Pasawa Mohon Tunggu... Novelis - ~Pecandu Kopi~

Manusia yang ingin memanusiakan dan dimanusiakan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Bertahan karena Kamu, Nak!

27 Mei 2021   00:50 Diperbarui: 27 Mei 2021   01:00 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bang, apa nggak ada kepikiran cari kerjaan yang cukup?"

"Emangnya cari kerja gampang? Ini juga lagi usaha nyari. Sambil nyari sambi ngegojek."

"Ya ngojek juga sebenarnya lumayan bang, tapi aku lihat Abang kaya nggak ada usaha nyari, cuma diem aja di rumah. Ngojek juga malas-malasan. Aku ngomong gini bukan berarti aku nuntut Abang buat ngasih aku uang makan yang banyak, bukan bang. Setidaknya buat si kecil lah bang. Buat beli susu dia. Kalau cuma ngandelin honor ngajar di sekolah, berapa besarnya si bang? Itu aja bang."

"Iya ntar nyari kerja, kamu doain aja biar dapet. Jangan ngomel mulu."

"Doain mah setiap hari bang, yang penting Abang ada usahanya."

"Sabar aja, emang rejeki kita lagi segini. Mau usaha kaya apa juga kalau Allah ngasih segini ya segini."


"Abang udah usaha belum? Kalau Abang udah usaha aku terima bang. Tapi kenyataannya kan Abang cuma nyantai-nyantai aja. Capek aku bang, harus ngurus anak, ngurus rumah, belum lagi urusan di sekolah. Capke bang."

"Yaudah kalau capek, berhenti aja ngajar. Susah amat."

"Kalau aku berhenti, bayar listrik rumah gimana? Beli susu sama makan sehati-hari gimana? Kalau Abang kerja juga aku mau fokus aja ngurus rumah sama si kecil. Aku begini tuh ya karena Abang itu nggak ada rasa tanggung jawabnya bang."

"Sabar, sabar, ini ujian nikah. Aku bukannya malas, ya emang belum ada kerjaan. Ngojek juga kan kamu tau sendiri sekarang, udah banyak saingannya. Syukurin aja "

Ya, begitulah. Selalu dikelmbalikan lagi pada takdir. Lagi-lagi takdir yang dikambing hitamkan atas kemalasannya. Aku tahu soal itu, soal rejeki dan segala macam. Tetapi semua mesti ikhtiar bukan? Dan bukankah dalam agama si laki-laki harus benar-benar berjuang menafkahi anak dan istrinya? Begitu bukan? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun