Di balik kalimat motivasi yang menyakitkan itu, memang sering kali tersembunyi niat baik. Tapi niat baik saja tidak cukup. Kita perlu memahami konteks, waktu, dan kesiapan orang lain untuk menerima. Tidak semua orang sedang butuh nasihat, tidak semua orang sedang ingin diperbaiki. Kadang mereka hanya butuh ditemani melewati badai.
Menerima emosi negatif bukan berarti kita menyerah pada hidup. Justru dengan mengakui rasa sakit, kita memberi diri kita sendiri izin untuk pulih dengan utuh. Kita jadi lebih jujur pada diri sendiri, lebih terbuka terhadap bantuan, dan lebih sehat secara mental. Kita berhenti memaksa diri untuk bahagia sepanjang waktu, dan mulai belajar bahwa kehidupan memang punya sisi gelap yang juga perlu dirasakan.
Jika kamu merasa lelah, tidak semangat, atau bahkan ingin menyerah, itu bukan dosa. Itu bukan tanda kamu lemah. Itu hanya tanda bahwa kamu manusia. Jangan buru-buru menambalnya dengan kata-kata motivasi yang belum siap kamu dengar. Beri ruang untuk menangis, untuk kecewa, untuk marah. Biarkan semua perasaan itu hadir tanpa diusir. Dan saat kamu sudah siap, kamu akan tahu kapan waktunya bangkit lagi, bukan karena disuruh, tapi karena kamu yang memilih.
Jadi, lain kali ketika kamu melihat temanmu murung, jangan langsung bilang "jangan sedih dong." Coba bilang, "aku ngerti ini berat, kalau kamu mau cerita, aku ada." Karena kadang, empati yang hening jauh lebih menyembuhkan daripada motivasi yang nyaring.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI