Mohon tunggu...
Ilham Jaya
Ilham Jaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tolak Politisasi Masjid

6 Januari 2019   21:28 Diperbarui: 6 Januari 2019   21:42 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesta demokrasi semakin dekat. Berbagai insan politik sibuk merumuskan strategi pemenangan untuk bisa mendapatkan jabatan yang diinginkan. Berbagai atribut seperti baliho, stiker dan kaos menjadi senjata untuk meraup suara.

Namun pelanggaran demi pelanggaran memang sulit untuk tidak dicurigai. Demi mmenunjukkan eksistensinya di pesta demokrasi, mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan atensi publik, seperti menyusup dalam acara yang digelar oleh pemerintah, ataupun dalam ceramah dengan menyisipkan pidato politis di tempat ibadah.

Menjadikan Masjid sebagai tempat untuk menyebarkan ujaran politis memang sungguh tidak etis, mengingat di dalam masjid terdapat banyak jamaah yang memiliki ideologi politis yang berbeda.

Salah satu indikasi gerakan politisasi masjid adalah isi ceramah atau khutbah yang mengarahkan jamaah pada kepentingan tertentu. Jika hal ini terjadi maka tidak menutup kemungkinan, perpecahan sesama umat akan sulit untuk dihindari.

Menilik dari fungsinya, Masjid berfungsi sebagai tempat ibadah maupun tempat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sehingga apabila politisasi masjid memang benar -- benar ada, maka hal tersebut tentu mendegradasi fungsi dari masjid itu sendiri.

Politisasi masjid memang sudah diterapkan pada pesta demokrasi sebelumnya oleh para politikus. Hal ini diterapkan agar kelompoknya dapat mendulang suara dari para jamaah. Sebagian masyarakat sering mengeluhkan tentang kampanye hitam yang dibalut dalam nuansa dakwah menegakkan syariat Islam. Hal ini tentu mendapat penolakan oleh masyarakat apabila tempat ibadah seperti masjid disalahgunakan untuk kepentingan politik.


Pada tahun 2017, aksi walk out atau meninggalkan masjid ketika materi khutbah mengandung unsur politis sempat booming. Tatkala pada saat itu masyarakat merasa tidak nyaman ketika khatib yang semestinya menyampaikan ajaran keagamaan, dinodai oleh persoalan politik. Berkat hal tersebut, jutaan orang mendeklarasikan program anti politisasi masjid. Aksi ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya.

Kala itu Masjid dan penceramahnya sering mempersoalkan isu -- isu tertentu yang dapat menjatuhkan calon lain. Mimbar tempat berkhotbah sering menjadi saksi bisu para penceramah yang menekankan pentingnya memilih pemimpin yang seiman. Selain itu muncul juga spanduk yang berisi penolakan pengurus masjid untuk mengurus pemakaman pemilih Cagub tertentu.

Salah satu polemik akan politisasi masjid yang pernah terjadi adalah Amien Rais yang kala itu memberikan tausiyah dalam pengajian ba'da subuh di Jakarta Selatan. Kala itu ia menuturkan bahwa pernyataan Amien Rais dinilai mendiskriminasi beberapa partai lawan sebagai partai setan. Sedangkan partai Allah adalah beberapa koalisi partai yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam. Padahal sejatinya setiap partai politik bisa jadi mempunyai kader yang korupsi, dan korupsi juga salah satu unsur setan.

Mungkin masih ada yang bertanya kenapa masjid menjadi sasaran untuk kegiatan politis. Hal ini telah dijabarkan oleh Reza Aslan selaku pengamat keagamaan. Dirinya menuturkan meski sosial media memiliki peran dalam mengorganisasi massa, namun kemampuannya tak lebih hebat dari jaringan sosial yang terbangun dari kegiatan di masjid.

Jika kita menilik pada sejarahnya, aktifitas di masjid tidak terbatas hanya untuk beribadah saja. Pada Zamah Rasulullah SAW sampai sekarang, masjid masih memegang problema keumatan dari berbagai dimensi. Peradaban muslim juga memiliki ketergantungan pada tempat peribadatan tersebut, dimana masjid menjadi sentral diskusi pemerintahan, strategi perang, musyawarah dan juga pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun