Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagi dan Ruwetnya Lalu Lintas yang Mengerikan

6 Mei 2023   05:30 Diperbarui: 6 Mei 2023   05:42 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (xena olivia dipublikasikan kompas.com)

Opsi Ruwet

Lalu apa solusinya? Opsi pertama adalah memperlebar jalan agar potensi kepadatan  lalu lintas bisa tak terkonsentrasi. Tapi memperlebar jalan juga berpotensi menghilangkan jalur jalan kaki. Kan repot.

Memperlebar jalan juga menjadi mustahil jika jalan itu sudah tak ada area untuk ditambah. Mau memperlebar bagaimana mengingat jalannya sudah mepet rumah warga.

Opsi memperlebar jalan hanya mungkin bagi jalan yang kanan kirinya masih lega dan tentu tetap wajib jalan bagi pedestrian.

Opsi terkait jalan lainnya adalah menambah jalan baru. Tapi tentu akan muncul penggusuran dan itu potensial polemik.

Opsi kedua adalah moratorium produksi kendaraan. Ini juga hampir tak mungkin. Jika moratorium, bagaimana nasib ribuan buruh di perusahaan otomotif di Indonesia?


Opsi ketiga adalah pekerja kantor pemerintah masuk agak siang. Tapi ini juga ruwet karena pelayanan publik sangat potensial terganggu, khususnya kantor pemerintah yang singgungan dengan publiknya cukup intens.

Opsi keempat adalah membuat anak-anak lebih siang berangkat sekolah. Ini opsi yang paling mungkin. Tapi juga akan jadi problem teknis keluarga tertentu. Problemnya siapa yang mau nganter anak sekolah jika orangtuanya sudah berangkat kerja duluan?

Tapi saya tak sepakat anak sekolah berangkat lebih pagi guna mengurangi kepadatan lalu lintas.

Opsi kelima adalah memastikan adanya bus sekolah di semua daerah. Memastikan juga bus sekolah selalu beroperasi. Memastikan juga bus sekolah hanya beroperasi di area yang tak terjangkau angkutan umum partikelir.

Opsi keenam, membangun budaya empati yang besar. Membangun budaya saling menghargai yang besar. Empati, menghargai membuat orang makin sadar bahwa fasilitas umum bukan milik pribadi. Sehingga tak ugal-ugalan di jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun