Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ivan Toplak Wafat, Jaya di Yugoslavia Tapi Pilu di Timnas Indonesia

28 Juli 2021   07:04 Diperbarui: 28 Juli 2021   14:04 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ivan Toplak. Foto: angkapan Layar Twitter RTS_Sport dipublikasikan kompas.com

Eks Pelatih Timnas Indonesia Ivan Toplak meninggal dunia, 26 Juli 2021 di Maribor, Slovenia. Ivan adalah pelatih Timnas Indonesia 1991-1993.

Aku masih ingat cerita soal Ivan Toplak. Tentu saja cerita yang aku tahu dari baca koran masa itu. Koran masa itu, cukup keras juga mengkritik Ivan Toplak.

Begini ceritanya...

Aku tahu pada 1991 Indonesia mendapatkan medali emas SEA Games cabang sepak bola putra. Saat itu, belum ada pembatasan umur. Artinya, pemain SEA Games adalah pemain senior.

Saya sempat lihat di TVRI Indonesia mengalahkan Singapura di semifinal lewat adu penalti. Kiper Indonesia saat itu kiper kedua yakni Erick Ibrahim. Eddy Harto tak main. Eddy main di final.

Aku ingat di saat itu pelatih Timnas Indonesia adalah Anatoli Polosin yang kini sudah wafat juga. Kalau Ivan Toplak melatih timnas sejak 1991 berarti dia melatih setelah Polosin.

Menjadi pelatih setelah sebuah tim sukses tentu tidak mudah. Orang akan ingat Polosin dan meminta Toplak lebih dari Polosin. Sebenarnya jika melihat rekam jejak, Toplak jauh lebih bagus dari Polosin.

Sebelum latih Timnas Indonesia, Polosin melatih klub di Eropa. Tapi nama-nama klub itu tak familiar. Rekam jejak Polosin sebagai pemain pun tak ada.

Sementara Toplak pernah jadi pemain Timnas Yugoslavia. Sebagai pelatih, dia mampu membawa Timnas Yugoslavia dapat medali perunggu cabang sepak bola putra di Olimpiade 1984. Dia juga melatih Timnas Senior Yugoslavia pasa 1986.

Tapi, beda rekam jejak bukan jaminan. Faktanya, Ivan Toplak babak belur saat melatih Timnas Indonesia. Dia dikritik habis oleh beberapa kalangan.

Saya masih ingat, kiprah Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 1994. Kualifikasi itu dilaksanakan tahun 1993 di Qatar dan Singapura. Indonesia benar-benar babak belur. Toplak dapat kritik pedas.

Saat putaran pertama, Indonesia selalu kalah. Indonesia kalah dari Qatar, Korea Utara, Singapura, dan Vietnam. Kala itu harusnya Indonesia bisa mengalahkan Singapura dan Vietnam. Tapi dari dua tim itu Indonesia kalah. Seingat saya Indonesia kalah paling tipis adalah melawan Vietnam yakni 0-1.

Putaran kedua di Singapura juga buruk, tapi agak lebih baik. Dari empat laga, Indonesia menang sekali atas Vietnam dengan skor 2-1. Tiga laga lainnya Indonesia kalah. Di klasemen akhir, Indonesia ada di posisi empat, di atas Vietnam yang juga hanya meraih satu kemenangan dan tujuh kali kalah.

Nah, saat Kualifikasi Piala Dunia 1994 itulah Ivan Toplak dikritik habis. Saya masih ingat satu judul di tabloid. Saya lupa yang saya baca itu tabloid BOLA, Tribun, atau Kompetisi. Kompetisi itu tabloid olahraga berbasis di Surabaya.

Judulnya begini "Ivan Toplak Tidak Asal Njeplak". Judul yang keras atas pencapaian Toplak di Timnas Indonesia. Performa Indonesia yang kala itu mengandalkan Singgih Pitono di depan, dikritik habis.

Di tengah kritik tajam pada kualifikasi Piala Dunia 1994, IGK Manila mencoba realistis. Manila saat itu adalah pengamat sepak bola. Dia adalah manajer Timnas Indonesia di SEA Games 1991.

Saya ingat di masa itu, IGK Manila berkomentar agar lupakan saja kualifikasi Piala Dunia 1994. Ya karena Indonesia sudah babak belur. Manila usul agar PSSI mulai fokus ke ajang SEA Games 1993 yang dihelat di Singapura.

Tentu saja Manila berharap, Indonesia bisa mempertahankan emas yang didapatkan saat 1991. Tapi ternyata di SEA Games 1993, Timnas Indonesia tak memuaskan.

Lolos dari babak grup, Indonesia harus melawan Thailand di semifinal. Aku ingat, waktu itu Indonesia mengandalkan Bambang Nurdiansyah di depan. Padahal, Bambang sudah cukup tua.

Selama laga, Indonesia kalah penguasaan bola. Peluang Indonesia yang aku masih ingat adalah sundulan Bambang Nurdiansyah yang masih di atas mistar. Selebihnya Thailand banyak mengancam Indonesia.

Indonesia akhirnya kalah 0-1. Nah ada kabar yang saya ketahui belakangan bahwa di laga itu Ivan Toplak pingsan. Saya baca ini di skor.id. Mungkin memang tekanan besar muncul pada Toplak.

Di perebutan perunggu, Indonesia kalah dari Singapura. Setelah itu Toplak tak lagi jadi pelatih Timnas Indonesia. Bahkan, dia pensiun sebagai pelatih usai lepas dari Indonesia.

Artinya, karier pelatihnya ditutup dengan mengecewakan di Indonesia. Tapi ya begitulah hidup. Ada kalanya gagal dan sukses. Kini Ivan Toplak telah berpulang. Selain soal kegagalan saya pikir Ivan Toplak pasti memberi kontribusi bagi Timnas Indonesia saat itu. Selamat Jalan Pak Toplak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun