Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Kulo Nderek Mawon, Gusti

Olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Putuskan Hidup Tanpa HP, Aku Ditampar Kang Tarsim

30 Maret 2021   13:32 Diperbarui: 30 Maret 2021   19:28 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa sekarang tak bisa dihubungi?" Kata Kang Tarsim.

"Maaf kang, aku sudah tak memegang HP. Aku pikir, itulah kedamaian hidup. Aku bisa merasakan dunia ini lebih indah. Lagipula aku sudah tak kerja kantoran, tak memiliki bos. Aku tenang dan bahagia Kang, ketika hidup tanpa HP," kataku.

Kang Tarsim memicingkan matanya. "Siapa yang membuatmu seperti ini. Apa Pak Dhofir menyuruhmu seperti ini?" Tanya Kang Tarsim.

Oiya, Pak Dhofir adalah guru ngaji kami. Dia orang yang dihormati. Aku selalu dengar petuahnya.

"Tidak kang. Aku hanya sempat baca ada seorang yang terkenal itu, memutuskan hidup tanpa HP. Katanya indah. Dan setelah aku buktikan, memang indah," kataku.

Ternyata jawabanku membuat Kang Tarsim mendidih.

"Man, apa kau selama ini hidup dari si pesohor itu. Apa kau selama ini belajar seperti si pesohor itu. Kalau dia mau tak pakai HP, itu urusannya. Tapi kau harus punya HP. Kamu egois Man. Benar benar egois," kata Kang Tarsim memelototkan matanya.

"Apa kau tak ingat bapak!" Kata Kang Tarsim meninggi. Oiya bapak yang dimaksud adalah bapak Kang Tarsim yang tak lain adalah pakdeku. Dialah yang mengurusku setelah bapak ibuku meninggal.

"Bapak itu sayang denganmu Man. Bapak rela tak menyekolahkanku tinggi demi kamu. Aku pun menerima itu. Bapak rela jual sawah agar kamu bisa sekolah tinggi. Jika pun kamu tak sukses secara ekonomi, bapak tak akan marah. Bapak sudah senang asal kamu tak jadi penjahat," kata Kang Tarsim menekan. Sampai di sini aku agak kaget karena pakde jual sawah untuk kuliahku. Tapi aku belum paham maksud Kang Tarsim.

"Bapak itu kangen denganmu. Tiap hari tanya ke aku bagaimana kabarmu. Sementara kamu tak pernah bisa dihubungi. Bapak lebih kangen kamu daripada aku. Aku tak pernah protes soal itu. Tapi jika rasa kangen bapak membuatnya sakit-sakitan, aku ikut sakit Man!" Kata Kang Tarsim dengan emosi naik turun.

"Aku baru bisa ke sini saat ini karena aku juga harus ngurus Si Tri yang sakit-sakitan. Apa kamu ngga mikir jika bapak kangen denganmu dan hanya ingin tahu kabarmu. Sementara kamu memilih asyik dengan ketenanganmu? Jika kau merasa terganggu dengan HP, kan tidak serta merta membuangnya. Kau bisa pakai nomor baru dan hanya punya nomor keluarga. Kau egois Man," kata Kang Tarsim membikin aku terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun