Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Ternyata Sudah 25 Tahun Trofi Thomas-Uber Tak Disanding Indonesia

17 Maret 2021   07:04 Diperbarui: 17 Maret 2021   07:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganda putra andalan Indonesia, Kevin/Markus. foto PBSI dipublikasikan kompas.tv

Waktu ternyata berlalu cepat sekali. Saya baru sadar ternyata sudah 25 tahun Indonesia tak bisa menyandingkan juara Piala Thomas dan Piala Uber. Sejak 25 tahun yang lalu, menjadi perjalanan yang sulit bagi Indonesia untuk menyandingkan dua piala tersebut.

Saya termasuk yang menjadi saksi kala dua kali Indonesia menyandingkan Piala Thomas dan Uber. Bersama jutaan pasang mata melihat Indonesia mengalahkan Malaysia di Piala Thomas 1994 adalah cerita yang menarik. Selain itu, tim Uber Indonesia juga bisa mengalahkan China 3-2 lewat drama yang mendebarkan.

Saya masih ingat, saat final Piala Uber 1994 itu, laga penentuannya adalah Mia Audina dari Indonesia melawan Zhang Ning. Yang membuat deg degan karena saat itu Mia Audina masih berusia 14 tahun. Ketika set pertama menang, di set kedua kalah. Nah di situ lemas bukan main. Tapi pada akhirnya Mia Audina mampu menang di set ketiga. Indonesia pun jadi juara.   

Itu adalah momen sandingan trofi Thomas dan Uber yang saya lihat. Saat ajang di 1994 itu Indonesia menjadi tuan rumah. Dua tahun kemudian, Indonesia kembali bisa menyandingkan trofi Thomas dan Uber. Pada ajang 1996 itu, Indonesia relatif lebih mudah.

Di final Piala Thomas, Indonesia membantai Denmark 5-0. Di Uber, Indonesia mengalahkan China 4-1. Di masa itu, kita memang memiliki banyak pemain berkelas. Di putri ada Susi Susanti, Mia Audina, Finarsih/Lili Tampi. Di putra Indonesia jauh lebih perkasa. Indonesia memiliki Joko Supriyanto, Heriyanto Arbi, Alan Budikusuma, Ricky/Rexy.

Namun, justru di tahun 1996 itulah terakhir kita lihat Indonesia menyandingkan Thomas dan Uber. Di masa setelahnya, saya sendiri sudah jarang mengikuti ajang Thomas dan Uber. Tapi dari data yang saya ketahui, China masih kuat di Thomas. Sementara, di Uber kini sudah ada Jepang. Padahal, 25 tahun lalu, Jepang tak masuk peta bulutangkis dunia.

Maka, sudah lama sekali Thomas dan Uber tak disandingkan di Indonesia. Semoga saja, penantian panjang bisa berakhir di tahun ini. Walaupun kalau melihat rekam jejak belakangan ini, Uber khususnya, sepertinya memang berat.

Selain Thomas Uber, tentu kita harapkan para pebulutangkis Indonesia bisa mendapatkan emas di Olimpiade 2021 di Tokyo. Bahkan, kalau bisa jangan cuma satu, tapi lebih dari satu. Sehingga, di tahun ini, kita bisa melihat bagaimana bulutangkis bisa mengarumkan nama bangsa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun