Sosialisasi menurut pandangan pribadi saya, ketika keadaan normal, bisa dilakukan dengan tiga cara. Ketiganya adalah sosialisasi tak tatap muka, sosialisasi tatap muka formal, dan sosialisasi tatap muka tak formal.
Sosialisasi tak tatap muka adalah melalui selebaran, poster, media sosial, pesan singkat di telepon genggam, dan sejenisnya. Sosialisasi tatap muka formal melalui rapat resmi seperti rapat tingkat pusat sampai tingkat RT. Sosialisasi tatap muka tak formal ya seperti tempat nongkrong, warung kopi, dan sejenisnya.
Di tengah situasi saat ini, praktis sosialisasi tak tatap muka yang bisa dimaksimalkan. Maka, area yang masih banyak orang (karena kebutuhan ekonomi warga) tepat untuk jadi ajang sosialisasi melalui poster dan sejenisnya. Di mana tempat yang masih ramai itu? Ya seperti pasar tradisional.
Desa juga bisa digerakkan untuk membuat poster penting di dekat pemakaman. Sebab, banyak pemakaman adalah tanah milik desa. Menurut saya itu penting sosialisasi melalui poster di area depan pemakaman yang menjelaskan apa syarat jenazah yang meninggal karena COVID-19 dimakamkan.
Kanal-kanal penting di dunia maya juga disasar untuk sosialisasi siapa musuh kita. Langkah-langkah itu bisa dilakukan untuk kembali mengingatkan bahwa musuh kita adalah COVID-19, bukan sesama warga.
Terakhir, tulisan ini adalah pendapat pribadi yang mungkin saja pihak lain berbeda pandangan. Beda pandangan itu adalah hal yang wajar di dunia ini. Semoga kita tetap sehat selalu, dilindungi Yang Maha Kuasa, dan tetap damai. (*)