Mohon tunggu...
rokhman
rokhman Mohon Tunggu... Freelancer - Kulo Nderek Mawon, Gusti

Melupakan akun lama yang bermasalah

Selanjutnya

Tutup

Atletik Artikel Utama

Kenapa Banyak Sprinter Hebat dari Jamaika? Ini Alasannya

19 Maret 2020   13:23 Diperbarui: 20 Maret 2020   16:35 2212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Usain Bolt, sumber foto: AFP/FRANCK FIFE dipublikasikan kompas.com

Jamaika dalam beberapa tahun belakangan ini, setidaknya dalam satu dekade, menjadi penguasa di lintasan lari cepat. Lari 100 meter menjadi andalan dan makanan empuk bagi pelari Jamaika. Dalam deretan rekor dunia lari 100 meter putra, sejak tahun 2006, dikuasai pelari Jamaika.

Pada 2006, Asafa Powell membuat rekor dunia lari 100 meter dengan kecepatan 9,763 detik. Powell kemudian mempercepatnya tiga kali. Pada 2007, Powell mampu membuat rekor baru dengan kecepatan 9,735 detik.

Setelah Powell, ada Usain Bolt yang juga dari Jamaika. Dia kini yang memegang rekor dunia lari 100 meter. Rekor teranyar dibuat Bolt pada  2009 di Berlin yakni dengan catatan 9,58 detik. 

Selain kedua nama itu masih ada Yohan Blake yang memiliki catatan terbaik di 100 meter yakni 9,69. Blake adalah juara dunia lari pada kejuaraan dunia tahun 2011.

Selain di sektor putra, sector putri Jamaika juga merajai. Shelly-Ann Fraser-Pryce adalah pelari 100 meter putri dari Jamaika yang juara dunia empat kali, yakni tahun 2009, 2013, 2015, dan 2019. Catatan waktu terbaik Shelly-Ann Fraser-Pryce  dalam 100 meter adalah 10,70 detik.

Ada juga Veronica Campbell-Brown yang menjadi juara dunia pada 2007. Catatan terbaik Veronica dalam lari 100 meter adalah 10,76 detik. Ada juga peraih medali emas Olimpiade 2016, Elaine Thompson. Thompson memiliki catatan waktu terbaik dalam 100 meter adalah 10,70 detik.

Selain nama-nama di atas masih ada nama lain yang mungkin moncer di tingkat lokal. Hebatnya pelari jarak pendek Jamaika membuat saya penasaran. Apalagi, negeri Jamaika tak besar. Negeri yang ada di Karibia itu diestimasikan 2,8 juta di tahun 2017.

Saya mencoba mencari di dunia maya mengapa Jamaika memiliki pelari hebat di jarak pendek.

Saya kemudian mendapatkan tulisan di Financial Times atau ft.com yang ditulis Murad Ahmed. Tulisan itu tersaji pada 2016 saat pelaksanaan Olimpiade Rio de Janeiro. Di tulisan itu dijelaskan pernyataan Usain Bolt.

Bolt mengatakan, di Jamaika, lari jarak pendek lebih terkenal daripada sepak bola. Di Jamaika juga ada kompetisi atletik sekolah tahunan yang disebut Champs. 

Acara itu dimainkan di stadion yang penuh sesak dengan penonton dan disiarkan televisi. Bolt mengatakan, kemenangannya dalam beberapa lomba lari elite karena sejak muda diasah dalam kompetisi keras di Champs.

Bolt bahkan mengatakan, kemenangannya atas Asafa Powell, salah satunya ditentukan oleh pengalaman di Champs. Sementara, Powell sendiri saat masih muda tak mengikuti Champs karena sekolah Powell tak masuk kualifikasi. Bolt pun meyakini bahwa ke depan Jamaika tidak akan kekurangan atlet lari jarak pendek. Menurutnya, arena Champs selalu menjadi ajang yang menghasilkan pelari.   

Di tulisan Murad Ahmed itu juga dijelaskan adanya studi ilmiah pada tahun 2010. Dijelaskan pada jantung yang besar membuat aliran oksigen ke otot menjadi lebih cepat. 

Nah, frekuensi jantung besar di masyarakat Jamaika bisa dikatakan besar. Fenomena di Jamaika itu lebih besar daripada orang Afrika Barat dan orang Eropa.  

Orang-orang Jamaika yang keturunan Afrika juga diuntungkan. Sebab, orang Afrika memiliki lebih banyak serat otot "kedutan cepat" yang diperlukan untuk lari cepat. 

Sebanyak 10 manusia tercepat dalam sejarah, hanya diisi orang keturunan Afrika yang berwarganegara Jamaika, Amerika Serikat, Kanada, dan Nigeria.

Tahu Potensi

Jika melihat bagaimana secara genetik, maka orang-orang pemangku kebijakan olahraga di Jamaika sangat paham. Mereka mengerti mau dibawa ke olahraga apa, para remaja Jamaika. Dengan kelebihan gen seperti ditulis ft.com itu, maka pemangku kebijakan Jamaika melarikan para pemuda ke lari cepat melalui ajang Champs.

Tahu potensi ini harusnya juga dilangsungkan di Indonesia. Perlu diketahui apa sebenarnya yang terbaik bagi warga negara Indonesia dalam bidang olahraga. 

Jangan membangun sesuatu yang berdasarkan kesenangan belaka. Misalnya, karena suka pada sepak bola, maka semua diarahkan ke sepak bola. Suka pada bulutangkis, maka semua diarahkan ke bulutangkis.

Saya pikir orang Indonesia memiliki ciri tertentu yang bisa disalurkan ke olahraga yang tepat sehingga berprestasi. Jika misalnya memang cepat dalam memukul, mengapa tak disalurkan jadi petinju? Yang parah kalau mahirnya adalah nilep duit orang, nah itu mau disalurkan ke olahraga apa? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Atletik Selengkapnya
Lihat Atletik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun