Mohon tunggu...
Ilham Nasrullah
Ilham Nasrullah Mohon Tunggu... Penulis - Muhammad Ilham Nasrullah

vousmevoyez

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semestaku dan Rindumu di Penghujung Tahun 2018

31 Desember 2018   18:43 Diperbarui: 10 Februari 2019   14:59 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Soon, 2019 with new amazing days!

Pertama,  kupikir untuk menyampaikan pesan-kesan ku di tahun 2018 di penghujung tahun,  tepat pkl. 00.00 nanti... 

Hemat saya, daripada pesan itu tak kalian baca, tak kalian nikmati perihal perjalanan paduka, pelacur, tukang es, pejabat,  serta koruptor, ataupun aku-kalian abaikan dengan "pesta nanti" yang membuat senyum sumringah siapapun nanti, lebih baik 'saya' sampaikan sekarang. 

Nikmati! barangkali masih perihal 'dia' kekasih saya yang selalu saya cintai! 

Enjoy it!

Masih ingat semesta yang pernah kuceritakan padamu?  Perihal tujuh macam warna yang telah ia berikan, keselarasanmya. Sama sepertimu, kau, yang membuat hidupku menjadi lebih berwarna, dengan segala pemahaman dan pemakluman yang telah kau berikan, dengan segala pengertianmu tentang pengaturan hidupku yang 'kacau' ini, tentang dua persona yang kemudian bersinggungan dalam satu titik rasa, mencoba menyelaraskan satusamalain, saling tarik-menarik mencocokkan frekuensi sama besar. Tentang kita, yang menjadi candu hingga semesta cemburu. Lucu, aku masih bersyukur dapat mengenalmu. Mengenalmu, sama seperti mengenal semesta. Teramat asyik dan menyenangkan.

Mungkin kau tak mengerti diriku sebesar aku menjunjung tinggi egoku. 

Paduka hakim dan para hadirin sekalian, semoga kalian tidak meneteskan air mata kali ini, untuk kali ini,  biarkan kebahagiaan menyerbak dalam dada kalian, seikhlas tetesan air hujan yang sedari kemarin-kemarin,  yang setiap harinya mengguyur bumi pertiwi, dipelataran kota Sumenep-ku ini.

Kita tiada begitu tertandingi ketika ego menjadi pemenang, 

Melampiaskan kemarahan bagi mereka yang menurut kita patut, 

Kita pun begitu menyesal-selepas menyematkan duka lara dalam amarah, seolah itu adalah pidato andal,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun