Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Ikatan Persaudaraan Erat dari Para Buruh Cuci di Laguna, Filipina

25 September 2020   14:41 Diperbarui: 25 September 2020   14:45 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buruh cuci bisa jadi salah satu pekerjaan yang cukup dianggap remeh. Bukan saja perannya yang mulai tergeser oleh menjamurnya usaha laundry dengan mesin canggih nan cepat, tetapi keberadaan mereka juga kerap dianggap mewakili kasta ekonomi paling rendah dalam masyarakat.

Walau demikian, eksistensi mereka hingga kini tetaplah kontinyu. Terlebih, di negara berkembang yang masih menjaga tradisi untuk melakukan kegiatan mencuci pakaian secara manual. Seperti halnya di Fipina yang masyarakatnya banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.

Namun, di Filipina buruh cuci tak sekadar hanya sebatas pekerjaan. Profesi ini ternyata menjadi slaah satu profesi andalan bagi beberapa perempuan yang tinggal di Nagcarlan. Sebuah kota yang berada di Provinsi Laguna, Region IVA (Calabarzon).

Buruh cuci di Laguna. Sumber: GMA TV
Buruh cuci di Laguna. Sumber: GMA TV
Ada sebuah kelompok yang terdiri dari beberapa perempuan buruh cuci di sebuah sumber air. Mereka setiap harinya mencuci berbagai jenis pakaian dari warga desa mereka yang membutuhkan jasa cuci baju. Tentu, mereka mencuci baju langganan mereka secara manual.

Yang membuat unik adalah selain menggunakan papan cuci, mereka juga menggunakan tongkat pemukul agar hasil cucian bisa lebih cepat bersih. Kotoran pun lebih cepat terangkat dan tentunya mengurangi tenaga mereka untuk mencuci baju. Alhasil, jumlah pakaian yang mereka cuci pun bisa jauh lebih banyak.


Cerita unik pun tak sebatas cara mereka mencuci tetapi pada ikatan erat yang terjadi diantara mereka. Bekerja dalam lahan yang sama ternyata tidak membuat mereka bersaing. Malah, mereka seperti saudara sendiri antara satu buruh cuci dengan buruh cuci lain. Bahkan, mereka mendirikan perkumpulan yang bernama Lavender's Assosiation.

Para buruh cuci bersiap ke tempat kerja. Sumber: GMA TV
Para buruh cuci bersiap ke tempat kerja. Sumber: GMA TV
Perkumpulan ini berisi beberapa wanita perkasa yang sudah lama menjadi buruh cuci. Salah satunya adalah Merlita Compareno. Ia adalah seorang janda yang harus menghidupi anak-anaknya lantaran suaminya meninggal dunia akibat sering minum-minuman keras.

Akibat perilaku suaminya ini, ia pun sempat melampiaskan diri juga meminum-minuman keras terlebih setelah berkenalan dengan pria baru. Meski akhirnya tetap menjanda, Merlita pun juga sulit menghilangkan kegiatan minum mimuman keras ini bahkan saat mencuci. Hanya saja, berkat bantuan dari rekan-rekannya, ia mulai bisa mengurangi kebiasaan buruk tersebut dan mulai menggantinya dengan air putih.

Ikatan persahabatan yang erat dari mereka juga ditunjukkan dengan saling berbagi makanan atau minuman yang mereka bawa. Agar pekerjaan mereka tidak terganggu dan mereka tetap dapat menikmati makanan atau minuman tersebut, mereka pun meletakkannya pada sebuah ember besar.

Nantinya, ember tersebut akan digerakkan mendekati buruh cuci yang ingin makan atau minum. Selain minuman keras, ada beberapa makanan dan minuman lain seperti es krim, keripik, dan beberapa makanan berat yang sering mereka bersama.

Berbagi makanan lewat ember. Sumber: GMA TV
Berbagi makanan lewat ember. Sumber: GMA TV
Kekompakan mereka juga kerap diuji ketika ada salah satu rekan mereka yang sakit atau tidak enak badan. Bukan rahasia umum, mencuci baju mulai pagi hingga siang tentu membutuhkan stamina prima. Apalagi, kebanyakan dari mereka adalah para perempuan berusia di atas 40 tahun. Beberapa diantaranya sudah mulai menujukkan gangguan kesehatan semisal jantung.

Itulah yang dirasakan oleh Sergia Moraleja yang juga merupakan ketua dari perkumpulan pata binatu ini. Saat enak-enak mencuci, ia kerap merasa mudah lelah dan mengalami gejala penyakit jantung. 

Untungnya, rekan-rekannya selalu sigap membantunya dan menyuruh sang senior ini istirahat. Meksi demikian, Sergia tidak bisa saja meninggalkan pekerjaannya itu karena menyadari tanggung jawab pada pelanggannya dan biaya hidup yang harus ia emban.

Para buruh cuci mengambil pakaian kotor dari pelanggan. Sumber: GMA TV
Para buruh cuci mengambil pakaian kotor dari pelanggan. Sumber: GMA TV
Semangat untuk tetap bekerja juga dirasakan oleh Lina Cuadra yang harus tetap menghidupi anak-anaknya karena sang suami telah meninggal sejak 2007. Walau beberapa anaknya sudah menikah, tetapi lantaran himpitan ekonomi yang melanda, ia juga tetap terus berusaha menjalankan kewajibannya sebagai buruh cuci dengan sebaik-baiknya.

Para binatu tersebut memang tangguh. Mereka juga beruntung bisa saling menyemangati satu sama lain. Tak hanya itu, jika saat sedang istirahat makan siang, anak-anak mereka juga kerap membawakan makanan dari rumah untuk dimakan di sana. Peran keluarga ini sangat berguna bagi mereka untuk tetap kuat berusaha maksimal untuk mencari nafkah.

Anak-anak buruh cuci membawa makan siang ke tempat kerja ibu mereka. Sumber: GMA TV
Anak-anak buruh cuci membawa makan siang ke tempat kerja ibu mereka. Sumber: GMA TV
Momen palingh mengharukan adalah ketika anak, menantu, dan cucu dari Lina beramai-ramai datang ke sumber air sambil membawa makanan beraneka ragam. Ada ikan asin goreng, sambal, dan beberapa makanan lain. Pada jam istirahat mencuci, mereka pun menggelar makanan tersebut dan makanan bersama. Sungguh, melihat momen kebersamaan mereka ini rasanya amat terharu.

Perkumpulan binatu ini menjadi salah satu khas yang ada di negara Filipina dan bisa jadi tidak dimiliki oleh negara lain. Dari kisah mereka, timbul pelajaran amat berharga bahwa apapun profesi yang kita jalani, asal kita menjalaninya dengan sebaik-baiknya, maka akan amat berharga.

Makan bersama keluarga besar. Sumber: GMA TV
Makan bersama keluarga besar. Sumber: GMA TV
Tak hanya itu, ikatan erat dengan sesama profesi yang kita tekuni juga merupakan kunci karena mereka bukanlan pesaing melainkan saudara yang juga bisa saling membantu jika ada yang membutuhkan. Dan tentunya, peran keluarga juga amat penting serta begitu beratnya perjuangan seorang ibu bagi keluarga yang harus kita hormati sampai kapan pun.

Solidaritas membuat problem kehidupan hilang.

Lahat ng problema tanggal!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun