Buruh cuci bisa jadi salah satu pekerjaan yang cukup dianggap remeh. Bukan saja perannya yang mulai tergeser oleh menjamurnya usaha laundry dengan mesin canggih nan cepat, tetapi keberadaan mereka juga kerap dianggap mewakili kasta ekonomi paling rendah dalam masyarakat.
Walau demikian, eksistensi mereka hingga kini tetaplah kontinyu. Terlebih, di negara berkembang yang masih menjaga tradisi untuk melakukan kegiatan mencuci pakaian secara manual. Seperti halnya di Fipina yang masyarakatnya banyak yang berada di bawah garis kemiskinan.
Namun, di Filipina buruh cuci tak sekadar hanya sebatas pekerjaan. Profesi ini ternyata menjadi slaah satu profesi andalan bagi beberapa perempuan yang tinggal di Nagcarlan. Sebuah kota yang berada di Provinsi Laguna, Region IVA (Calabarzon).
Yang membuat unik adalah selain menggunakan papan cuci, mereka juga menggunakan tongkat pemukul agar hasil cucian bisa lebih cepat bersih. Kotoran pun lebih cepat terangkat dan tentunya mengurangi tenaga mereka untuk mencuci baju. Alhasil, jumlah pakaian yang mereka cuci pun bisa jauh lebih banyak.
Cerita unik pun tak sebatas cara mereka mencuci tetapi pada ikatan erat yang terjadi diantara mereka. Bekerja dalam lahan yang sama ternyata tidak membuat mereka bersaing. Malah, mereka seperti saudara sendiri antara satu buruh cuci dengan buruh cuci lain. Bahkan, mereka mendirikan perkumpulan yang bernama Lavender's Assosiation.
Akibat perilaku suaminya ini, ia pun sempat melampiaskan diri juga meminum-minuman keras terlebih setelah berkenalan dengan pria baru. Meski akhirnya tetap menjanda, Merlita pun juga sulit menghilangkan kegiatan minum mimuman keras ini bahkan saat mencuci. Hanya saja, berkat bantuan dari rekan-rekannya, ia mulai bisa mengurangi kebiasaan buruk tersebut dan mulai menggantinya dengan air putih.
Ikatan persahabatan yang erat dari mereka juga ditunjukkan dengan saling berbagi makanan atau minuman yang mereka bawa. Agar pekerjaan mereka tidak terganggu dan mereka tetap dapat menikmati makanan atau minuman tersebut, mereka pun meletakkannya pada sebuah ember besar.
Nantinya, ember tersebut akan digerakkan mendekati buruh cuci yang ingin makan atau minum. Selain minuman keras, ada beberapa makanan dan minuman lain seperti es krim, keripik, dan beberapa makanan berat yang sering mereka bersama.
Itulah yang dirasakan oleh Sergia Moraleja yang juga merupakan ketua dari perkumpulan pata binatu ini. Saat enak-enak mencuci, ia kerap merasa mudah lelah dan mengalami gejala penyakit jantung.Â
Untungnya, rekan-rekannya selalu sigap membantunya dan menyuruh sang senior ini istirahat. Meksi demikian, Sergia tidak bisa saja meninggalkan pekerjaannya itu karena menyadari tanggung jawab pada pelanggannya dan biaya hidup yang harus ia emban.
Para binatu tersebut memang tangguh. Mereka juga beruntung bisa saling menyemangati satu sama lain. Tak hanya itu, jika saat sedang istirahat makan siang, anak-anak mereka juga kerap membawakan makanan dari rumah untuk dimakan di sana. Peran keluarga ini sangat berguna bagi mereka untuk tetap kuat berusaha maksimal untuk mencari nafkah.
Perkumpulan binatu ini menjadi salah satu khas yang ada di negara Filipina dan bisa jadi tidak dimiliki oleh negara lain. Dari kisah mereka, timbul pelajaran amat berharga bahwa apapun profesi yang kita jalani, asal kita menjalaninya dengan sebaik-baiknya, maka akan amat berharga.
Solidaritas membuat problem kehidupan hilang.
Lahat ng problema tanggal!