Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Susah Gampang Memahamkan Pandemi pada Balita

29 Juli 2020   08:07 Diperbarui: 29 Juli 2020   08:03 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. - Detik.com

Pandemi covid-19 yang dengan cepat merebak membuat kehidupan manusia berubah drastis.

Tentu, kondisi yang sangat berbeda dirasakan oleh anak-anak. Mereka yang biasanya bebas sekolah dan bermain di luar rumah, kini harus sering melakukan kegiatan di rumah saja. Praktis, banyak anak-anak yang bertanya-tanya dan heran mengapa ini bisa terjadi.

Salah satunya adalah sepupu saya Inara yang masih berusia 3,5 tahun. Setiap akhir pekan, ia selalu diajak oleh orang tuanya atau saya keluar rumah. Entah ke alun-alun, mall, dan lain sebagainya. Lantaran kebiasaan ini sudah lama dilakukan, maka kala banyak orang dewasa berada di rumah dan tidak bekerja, maka ia pun mengingatkan dan meminta untuk jalan-jalan keluar rumah.

Tentu, hal ini tidak bisa dengan segera dilakukan. Apalagi, ia juga kerap bertanya kenapa kegiatan prasekolah yang biasanya dilakukan saat pagi hari menjadi terhenti. Ia pun tak bisa lagi bertemu dengan teman-temannya.

Langkah pertama yang kami lakukan agar ia mengerti adalah memberikan pemahaman sederhana. Dengan usia yang masih amat kecil, tentu bayangan bermain bersama di luar akan selalu terngiang. Solusinya adalah memberikan bahasa yang mudah dimengerti. Semisal, sekarang lagi musim penyakit yang membuat badan tidak enak seperti batuk yang lama sembuhnya.

Lantaran si anak sering enggan meminum obat, dengan mudah ia pun menurut untuk tidak keluar. Ia teringat saat sakit batuk dan pilek yang tak kunjung sembuh dan harus sering minum obat. Lucunya, kadang ia melarang orang dewasa untuk tidak keluar rumah karena bisa sakit pilek dan batuk serta harus minum obat.

Namun, pemahaman ini harus disertai bahwa nanti ada kalanya semuanya akan normal. Jadi, bukan langsung menakut-nakuti bahwa tidak boleh keluar rumah. Ini hanya bersifat sementara kalau semuanya sudah membaik, ia pun bisa kembali lagi beraktivitas keluar rumah.

Meski demikian, yang cukup sulit dilakukan adalah saat ia harus terpaksa keluar rumah seperti saat dititipkan ke neneknya. Tentu, ia harus memakai masker yang baginya cukup menyesakkan. Saking susahnya ia menahan diri untuk tetap memakai masker, ia harus menutup matanya. Kadang kasihan juga. Tapi akhirnya, ia pun dibawa menggunakan mobil agar tidak perlu memakai masker saat perjalanan ke rumah neneknya yang sebenarnya tak begitu jauh.

Pemakaian masker ini meski belum bisa maksimal juga jadi pembelajaran baginya untuk bersiap menggunakan atribut yang penting saat keluar rumah. Tak hanya masker, misalkan paying saat hujan, jaket saat udara dingin, dan lain sebagainya juga jadi pebelajaran bahwa kapan pun kita harus sedia barang yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.

Tetap rajin mencuci tangan juga jadi anjuran yang terus diberikan padanya. Untungnya, pola hidup sehat seperti ini sudah tertanam di benaknya karena ia termasuk tipe yang bersihan. Tidak suka memegang barang yang kotor. Bahkan, saat saya membawa buah-buahan yang masih terlihat ada sedikit kotoran, ia meminta saya untuk membuangnya karena jijik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun