Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ada Sepatu Tak Bertuan di Ikon Alun-alun Sukoharjo

17 Juli 2019   10:18 Diperbarui: 20 Juli 2019   19:35 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Alun-alun Satya Negara Sukoharjo. - Dokumentasi pribadi

Dan yang membuat saya kaget, alun-alun tersebut tampak kumuh. Sampah berceceran di mana-mana. Bau pesing sangat menyengat bahkan untuk sekadar duduk-duduk pun rasanya saya enggan melakukannya. Alun-alun di kota lain pun bisa jadi juga kotor tapi masih ada tempat untuk sejenak menikmati suasana. Namun, saya tak mendapatkan fasilitas itu dengan baik di sini.

Sampah yang berceceran. - Dokpri
Sampah yang berceceran. - Dokpri
Berhubung tidak ada yang bisa kami nikmati, kami pun memutuskan untuk berkeliling saja sambil mencari warung atau rumah makan yang ada. Sesekali, saya melihat peta wisata Kabupaten Sukoharjo yang sudah tampak rusak dan penuh dengan coretan.

Di dalam peta tersebut, sebenarnya termuat cukup banyak tempat wisata, baik alam maupun sejarah budaya.  Ada makam Ki Ageng Sutawijaya dan tentunya bekas keraton Kartasura di Kecamatan Kartasura. 

Oh ya, saya dulu pernah berpikir kalau Kartasura itu kota sendiri. Ternyata, daerah ini masih masuk wilayah Kabupaten Sukoharjo meski keramaiannya cukup siginfikan. Papan tersebut terlihat miris lantaran sepetinya tidak pernah mendapat perhatian. Padahal, potensi wisata di daerah ini sangatlah besar.

Papan informaso wisata Kabupaten Sukoharjo. - Dokumentasi pribadi
Papan informaso wisata Kabupaten Sukoharjo. - Dokumentasi pribadi
Semenit dua menit tak jua kami temukan pedagang makanan barang satupun. Kalaupun ada warung, sepertinya baru buka sore atau malam hari. Di dekat alun-alun itu, malah ramai dengan anak-anak muda yang nongkrong di sebuah rental PS dan toko seluler.

Tak jauh dari papan infromasi tadi, akhirnya kami menemukan tulisan ikon alun-alun ini. Berwarna merah dan berlambang Kabupaten Sukoharjo, satu dua jepretan pun kami ambil. Kami sengaja tidak memperlihatkan kondisi alun-alun agar kenangan indahlah yang bisa kami bagi di Instagram. Memang, agar tampilan foto lebih cantik layaknya di alun-alun lain, kami seharusnya mengambilnya dari sisi tengah alun-alun yang hijau dengan rumput. Namun, lantaran sisi tersebut nampak gersang dan penuh dengan mainan pasar malam, ya apa boleh buat.

Selepas menambil foto, kami semakin lapar dan jam keberangkatan kereta api Batara Kresna telah kian dekat. Akhirnya, saya memutuskan kembali lagi ke stasiun karena di alun-alun ini memang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ya, hanya satu dua orang saja yang berlalu lalang.

Kami lapar pemirsah heheheh. - Dokumentasi pribadi
Kami lapar pemirsah heheheh. - Dokumentasi pribadi
Saat kami berjalan menuju stasiun, kami melewati gedung megah yang baru dibangun tadi. Ternyata, di sana terdapat sebuah kafe dan puajsera di lantai atas. Kami tertawa terbahak-bahak. Tahu gitu kami langsung saja datang ke gedung itu. Yah apa boleh buat. Informasi yang minim membuat kami tetap berpikir bahwa alun-alun adalah tempat terbaik untuk menikmati sebuah kota.

Ternyata di Gedung UMKM tadi ada kafe dan pujaseranya. - Dokumentasi pribadi
Ternyata di Gedung UMKM tadi ada kafe dan pujaseranya. - Dokumentasi pribadi
Saya masih sependapat dengan Jo Santoso dalam Arsitektur Kota Jawa: Kosmos, Kultur & Kuasa (2008) yang menyatakan bahwa alun-alun sebagai ruang publik terbuka di mana rakyat saling bertemu. 

Alun-alun sebagai tempat bagi warga kota untuk melangsungkan kehidupannya. Bagi para tamu seperti saya, alun-alun menjadi etalase sebuah kota untuk dijadikan patokan apakah kota itu layak dikunjungi atau tidak. Meski, apa yang saya harapkan tidak bisa saya dapatkan di Alun-alun Sukoharjo ini.

Kami pun akhirnya menemukan warung kecil di dekat stasiun dengan menu nasi kucing seharga 1.500 rupiah. Tak apalah untuk sekadar mengganjal perut dan menunggu kedatangan kereta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun