Mohon tunggu...
Ikrom Zain
Ikrom Zain Mohon Tunggu... Tutor - Content writer - Teacher

Hanya seorang pribadi yang suka menulis | Tulisan lain bisa dibaca di www.ikromzain.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menapaki Puncak dengan Rendah Hati di Seribu Batu Songgo Langit Bantul

24 Februari 2019   08:54 Diperbarui: 24 Februari 2019   11:12 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seribu batu songgo langit. - Dokpri

Saya itu sebenarnya tidak terlalu suka berjalan-jalan di tempat wisata alam yang sudah banyak dipenuhi rimbunnya tempat untuk narsis.

Ramai dan mahal. Dua kata, yang seolah beriringan dalam satu irama sumbang. Walau indahnya gambar di linimasa Instagram akan membuat orang-orang terkesima, namun bisikan untuk tidak mendatangi tempat semacam ini akan selalu terdengar. Saya memang tidak suka keramaian.

Bisikan itu sedikit saya tepis kala rekan-rekan dari Malang datang ke Jogja untuk liburan. Mereka mengajak saya untuk ikut bersama dan turut serta menghirup udara segar pegunungan. Lucunya, kami belum menentukan ke mana tujuan kami. Iseng membuka peta, saya tetiba memberi saran agar kami mengunjungi Wisata Seribu Batu Songgo Langit, Bantul.

Sesungguhnya, saya belum pernah ke sana sama sekali. Rutenya pun saya tak paham. Hanya patokan dari Pasar Imogiri dan makam raja-raja Mataram yang setidaknya bisa menjadi penanda. Selebihnya, ikuti peta saja.

Kami berangkat dari arah Minggiran cukup pagi. Setelah sarapan sebentar di daerah Blok O, kamipun segera menuju arah Pasar Imogiri. Saya senang jika berwisata ke arah selatan Jogja. 

Kendaraan tak seramai dan sepadat jika berjalan-jalan ke arah utara. Suasana pedesaan sangat terasa. Tak banyak bangunan gedung pencakar langit yang memenuhinya.

Selepas tiba di Pasar Imogiri, kamipun menuju ke arah timur. Jalanan yang awalnya lurus kini berubah menjadi perbukitan dengan hutan pinus yang berjajar rapi di sisi kanan dan kiri jalan. Satu per satu tempat wisata pun mulai tampak menunggu untuk didatangi. Andai saja ada banyak waktu, tentu semua itu bisa kami hampiri.

Kami terus berjalan dan akhirnya menemukan tempat yang kami tuju. Dari Pasar Imogiri, hanya butuh waktu sekitar 20 menit ke arah timur. Lahan parkir luas segera tampak di depan mata. 

Sebuah gerbang yang menyambut kami dengan cinta pun berdiri megah. Di dekatnya, aneka informasi mengenai fasilitas apa saja yang bisa kami nikmati juga terpampang jelas.

Datanglah dengan cinta. - Dokpri
Datanglah dengan cinta. - Dokpri
Hanya perlu merogoh tiket sebesar 2500 rupiah untuk bisa masuk ke area wisata ini. Sebenarnya, saya sudah siap mental jika harus merogoh kocek lebih dalam lagi mengingat wisata serupa di Malang perlu harga yang lebih tinggi lagi. Ah sudahlah, saya mau bersenang-senang dulu.

Kami datang ketika hujan baru turun semalam. Jalan pun licin dan dipenuhi lumpur. Namun, itu tak menyurutkan langkah kami dan pengunjung lain untuk memulai ritual suci. Narsis. Ya, kami sudah siap tempur dengan kamera dan berbagai pose yang fenomenal untuk mengisi akun Instragram kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun