6. Hendaknya orangtua memposisikan guru sebagai partner dibanding menganggap guru adalah pegawai atau bawahannya, sehingga kendala belajar mengajar yang ada dapat segera dicarikan solusinya bersama.
7. Bisa saja terjadi, meski kita sudah berusaha dengan berbagai strategi, namun tetap tidak berhasil membawa sang anak fokus. Bila terjadi demikian, jangan ragu untuk segera mengkomunikasikan dengan orangtua agar diperoleh solusi yang terbaik untuk semuanya. Dari pengalaman yang ada, biasanya kasus ini terjadi antara lain : orangtua yang memaksakan anaknya les drum sementara sang anak sebenarnya tidak mau, terjadi pada anak yang memiliki kecenderungan hyperactive, autis, ADHD (attention deficit hyperactivity disorder).
Penutup
Mengajar drum untuk anak di bawah 7 tahun memang penuh tantangan : konsentrasi pendek, koordinasi yang belum matang, hingga kesulitan teknis bagi guru.Â
Namun bila berhasil, manfaatnya juga besar, dari motorik, ritme, percaya diri, hingga ekspresi diri.
Kuncinya adalah pada pendekatan yang sabar, kreatif, dan menyenangkan sesuai dengan dunianya. Dengan dukungan kerjasama orangtua dan guru, anak-anak bisa menikmati perjalanan musik mereka sejak dini, bahkan mungkin menumbuhkan kecintaan terhadap seni musik.
Bila terjadi kegagalan, bukan berarti guru musik atau orangtuanya gagal, namun bisa jadi memang sang anak tidak memilki bakat musik atau memang belum cukup usianya (khusus terhadap anak tersebut).
Bagaimana dengan kamu?
Kalau kamu seorang guru drum juga, apa saja pengalamanmu yang paling menantang ketika mengajar anak usia dini? Yuk, share pengalamanmu di kolom komentar! Siapa tahu ceritamu bisa jadi inspirasi untuk guru drum lainnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI